Aku bukanlah orang yang sempurna. Banyak sekali kekurangan yang ada pada diriku sehingga wajar sekali kalau aku harus banyak belajar tentang berbagai hal. Yang aku rasakan kurang dari diriku adalah perbedaan pandangan dalam hidup. Ini disebabkan aku lebih banyak belajar tentang pengetahuan agama sehingga sendi-sendi hidupku Insya Allah tidak terlepas dari aturan tersebut.
Adalah seorang wanita di tempat kerjaku yang saat aku berkenalan dengannya, masih berstatus isteri dari seorang laki-laki. Aku tidak akrab dengannya namun tampak akrab karena dia suka mencariku untuk minta diajari satu aplikasi yang ada di komputer. Selama kami dekat, aku mengetahui dia ternyata selingkuh dari suaminya dengan alasan yang sangat klasik bagaikan telenovela. Dia tidak mencintai suami dan menikah karena terpaksa. Ternyata alasan itu bukan hanya dikatakan padaku melainkan pada semua orang. Dan selingkuhannya adalah suami seseorang yang mantan pacarnya ketika SMA.
Aku cuma agak heran, tidak cinta sama suami tetapi memiliki tiga orang anak dari lelaki yang tidak dicintainya itu. Kasihan jiwa anak-anak yang lahir bukan karena cinta itu. Aku sempat menasehatinya agar berhenti selingkuh dan kembali pada suaminya sebab kasihan, tiga orang anak perempuannya mendapat pendidikan yang tidak layak dari selingkuhannya itu. Aku hanya memandang dari sudut pandang agamaku saja saat memberi nasehat padanya. Di luar dugaanku, sejak aku beri nasehat itu dia menjauh dari aku.
Nasehat orangtua dulu "ojo cedhak kebo gupak" sebab kita akan kecipratan lumpurnya. Maka sejujurnya, aku bersyukur dengan menjauhnya dia dariku maka aku terbebas dari kerbau yang sedang berkubang dengan lumpur. Akan tetapi diluar perhitunganku, dia justru berbalik menceritakan hal negatif tentang aku yang sebenarnya tidak pernah aku lakukan bahkan yang bukan diriku sebenarnya.
Aku tidak dapat menyebutkan satu persatu dari perbuatannya yang merugikan diriku sebab terlalu banyak. Itulah yang menyebabkan aku tidak ingin dekat dan menyapanya walau kemudian dengan itu aku diberi cap orang yang tidak ramah. Cap itu, dia tempelkan ke namaku dan disodorkan kepada siapapun yang tidak mengenalku. Berulang kali aku dipanggil atasan baru hanya untuk dinasehati agar lebih ramah kepada orang lain. Lucu saja, dari sekian puluh pegawai yang ada di kantorku, aku hanya tidak menyapa dia seorang tetapi atasanku lebih percaya pada statemen-nya bahwa aku tidak ramah kepada siapapun.
Seandainya saja kantor tempatku bekerja itu mengadakan survey di kalangan staf atau level honorer mengenai siapa orang yang paling tidak menyenangkan, aku yakin ada tiga nama yang muncul selain namaku. Tetapi sayangnya, yang dimintai pendapat hanya kalangan pejabat tertentu saja termasuk dirinya jadi sangat wajar kalau dihadapan atasan tetap namaku yang mendapat urutan nomor satu.
Aku bukanlah orang yang sempurna. Kekuranganku sangat banyak. Salah satunya adalah aku tidak pernah mau mengkonfirmasi kebenaran dari cerita negatif tentang aku sebab bagiku itu sama saja menggantang asap sedangkan baranya tidak jelas kapan menyala. Walau begitu, aku punya keyakinan......Allah Azza Wa Jalla tidak akan pernah tidur dan selalu melihat apa yang kita lakukan. Termasuk yang dilakukan orang yang pernah aku kenal itu. Saat ini, segala hal yang disangkanya baik masih berpihak kepadanya walau dia melakukan dengan cara yang tidak benar dari sudut pandang agamaku. Namun suatu saat, Allah Subhannahu Wa Ta'ala akan membukakan tabir kebenaran. Kalau tidak saat masih hidup di dunia, tentunya ketika naza' menjelang akhir kehidupan. Kapanpun itu terjadi, aku yakin dia akan tahu bahwa aku memiliki maaf yang berlapis-lapis untuknya dan tidak akan habis walau dia terlalu sering melukai bathinku.
Banjarmasin, 11 Agustus 2013.
Aku cuma agak heran, tidak cinta sama suami tetapi memiliki tiga orang anak dari lelaki yang tidak dicintainya itu. Kasihan jiwa anak-anak yang lahir bukan karena cinta itu. Aku sempat menasehatinya agar berhenti selingkuh dan kembali pada suaminya sebab kasihan, tiga orang anak perempuannya mendapat pendidikan yang tidak layak dari selingkuhannya itu. Aku hanya memandang dari sudut pandang agamaku saja saat memberi nasehat padanya. Di luar dugaanku, sejak aku beri nasehat itu dia menjauh dari aku.
Nasehat orangtua dulu "ojo cedhak kebo gupak" sebab kita akan kecipratan lumpurnya. Maka sejujurnya, aku bersyukur dengan menjauhnya dia dariku maka aku terbebas dari kerbau yang sedang berkubang dengan lumpur. Akan tetapi diluar perhitunganku, dia justru berbalik menceritakan hal negatif tentang aku yang sebenarnya tidak pernah aku lakukan bahkan yang bukan diriku sebenarnya.
Aku tidak dapat menyebutkan satu persatu dari perbuatannya yang merugikan diriku sebab terlalu banyak. Itulah yang menyebabkan aku tidak ingin dekat dan menyapanya walau kemudian dengan itu aku diberi cap orang yang tidak ramah. Cap itu, dia tempelkan ke namaku dan disodorkan kepada siapapun yang tidak mengenalku. Berulang kali aku dipanggil atasan baru hanya untuk dinasehati agar lebih ramah kepada orang lain. Lucu saja, dari sekian puluh pegawai yang ada di kantorku, aku hanya tidak menyapa dia seorang tetapi atasanku lebih percaya pada statemen-nya bahwa aku tidak ramah kepada siapapun.
Seandainya saja kantor tempatku bekerja itu mengadakan survey di kalangan staf atau level honorer mengenai siapa orang yang paling tidak menyenangkan, aku yakin ada tiga nama yang muncul selain namaku. Tetapi sayangnya, yang dimintai pendapat hanya kalangan pejabat tertentu saja termasuk dirinya jadi sangat wajar kalau dihadapan atasan tetap namaku yang mendapat urutan nomor satu.
Aku bukanlah orang yang sempurna. Kekuranganku sangat banyak. Salah satunya adalah aku tidak pernah mau mengkonfirmasi kebenaran dari cerita negatif tentang aku sebab bagiku itu sama saja menggantang asap sedangkan baranya tidak jelas kapan menyala. Walau begitu, aku punya keyakinan......Allah Azza Wa Jalla tidak akan pernah tidur dan selalu melihat apa yang kita lakukan. Termasuk yang dilakukan orang yang pernah aku kenal itu. Saat ini, segala hal yang disangkanya baik masih berpihak kepadanya walau dia melakukan dengan cara yang tidak benar dari sudut pandang agamaku. Namun suatu saat, Allah Subhannahu Wa Ta'ala akan membukakan tabir kebenaran. Kalau tidak saat masih hidup di dunia, tentunya ketika naza' menjelang akhir kehidupan. Kapanpun itu terjadi, aku yakin dia akan tahu bahwa aku memiliki maaf yang berlapis-lapis untuknya dan tidak akan habis walau dia terlalu sering melukai bathinku.
Banjarmasin, 11 Agustus 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar