Sepertinya, aku harus menghilangkan kesukaanku memberikan pertolongan. Karena ternyata, tidak semua pertolongan memberikan hasil yang positif. Jauh dari rasa terima kasih, malah berbuntut pada ketidak senangan.
Adalah seorang pegawai di kantorku, yang sudah berkali-kali konsep suratnya di koreksi dan salah di mata pimpinanku. Hari itu, dia mendapat tugas yang seharusnya akulah yang berangkat ke Jakarta. Namun karena aku sakit maka tugas itu digantikan oleh orang lain dan aku yang tinggal di kantor.
Pada saat aku di kantor, surat pegawai itu turun dan masih mendapat banyak coretan dari pimpinanku dan belum ditanda tangani. Atas ijin atasan langsungku, surat itu aku perbaiki. Aku hanya ingin membantu sebagai balasan atas bantuan pegawai itu karena bersedia berangkat menggantikanku.
Surat itu aku ketik di laptop-ku dan saat pengetikan, pimpinanku masuk dikarenakan ada yang mau disampaikan terkait keinginan beliau mengajak aku ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Di Kabupaten itu, aku diminta menyampaikan tentang pencatatan dan pelaporan untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan terutama bagi dokter yang bekerja sama dengan BPJS.
Melihat tumpukan surat yang ada coret-coretan beliau, pimpinanku menanyakan apa yang sedang kukerjakan. Aku yakin beliau akan bertanya demikian sebab surat-surat dari bidang aku belum ada dikarenakan kegiatan baru akan mulai sekitar bulan April mendatang.
Pertanyaan pimpinanku itu aku jawab seadanya yaitu membantu Bu Anu menyelesaikan surat mengenai SWK dan MKK agar bisa cepat dikirim ke Kabupaten/Kota. Pimpinanku cuma tersenyum dan menyuruh aku segera menyelesaikan surat tersebut agar bisa ditanda tangani sebelum beliau berangkat ke Barabai. Sore itu, suratnya sudah selesai dan aku tidak tahu lagi sebab aku harus ke dokter konsultasi hasil laboratorium.
Sungguh tidak aku duga bila bantuanku itu menjadi petaka. Bu Anu, jangankan berterima kasih justru mengumbar kalimat yang tidak sedap di dengar. Katanya, aku mau mengambil alih pekerjaan dia. Itu tupoksinya kenapa harus dikerjakan oleh orang lain. Kalimat itu dia sampaikan kepada staf yang menelponnya pagi tadi. Padahal telpon itu aku sendiri yang menyerahkan kepadanya dan sudah jelas aku juga yang dibicarakannya di telpon itu.
Ya Tuhan.....
Sepertinya fitnah itu tidak pernah jauh dari aku. Hanya lantaran selembar surat yang kuselesaikan dengan niat membantu dan berterima kasih, berbuntut pada ketidaknyamanan.
Aku berjanji kepadaMU ya Allah.....tidak akan lagi melakukan kesalahan seperti itu dan tidak akan lagi aku membantu siapapun dengan dalih apapun.
Terima kasih atas teguran MU pada hari ini dan terima kasih ENGKAU sudah memberikan bacaan atas sifat dan sikap orang yang baru satu bulan berada dalam satu ruangan yang sama denganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar