Aku berdiri di jalan setapak yang sunyi. Sudah tiga puluh menit berada di tempat ini. AKu memang datang terlalu cepat dibanding janji bertemu pagi ini. Seharusnya, aku tiba pukul 08.00 tetapi saking bersemangatnya, aku mendahului waktu janji dan sudah tiba pukul 07.00 setengah jam yang lalu. Semula, aku duduk di bangku itu, tak jauh dari tempat aku berdiri ini. Sekarang, bangku itu sudah diduduko sepasang kekasih yang asyik bercengkrama berdua.
Ah.....apakah mereka sama seperti aku, sedang merasakan gejolak hati dan begitu bungahnya sehingga tidak sabar untuk bisa berjumpa lagi dengannya.....tanyaku membathin, sambil sekilas melihat ke arah pasangan yang saat ini sedang duduk saling memanjakan. Yang lelaki merangkul pundak,perempuan sedangkan si perempuan bersandar manja di tubuh lelaki. Mereka tampak mesra. Mereka tampak bahagia.
Aku kemudian menggerakkan kaki perlahan. Kami tidak berjanji bertemu disini. Melainkan berjanji bertemu di salah satu sudu taman ini, dimana ada tumbuh pohon saga. Pohon berbatang besar dengan daun kecil-kecil dan bunga berwarna merah saga. Pastinya bukan di bagian ini, karena disni hanya banyak perdu dan pohon-pohon ketapang yang berdaun lebar dengan dahannya yang membentang. Langkah perlahanku menarik perhatian beberapa orang dan mereka menyapaku dengan ramah.
Huuuuueeeeh.....mereka mungkin berfikir, aku sedang mencari udara segar setelah seharian berkurung saja di dalam rumah..... Mereka keliru. Tempat ini hampir setiap sore aku kunjungi. Tidak pernah lepas dalam sehari, kecuali bila aku tidak berada di sini atau sedang hujan..... Bahkan terkadang bila hujan gerimis sekalipun, aku masih bisa membawa payung untuk berada di taman ini.
Tamannya tidak jauh dari rumahku......
Langkah kakiku sampai di tempat aku berjanji untuk bertemu. Perasaan bungahku kian membuat jantungku berdetak keras. Detak itu, semakin berasa keras, manakala tatap mataku tertuju pada sosok yang duduk membelakangiku. Ya....kursi taman di dekat pohon saga ini memang arahnya ke Timur sedangkan jalan setapak dari Utara ke Selatan. Aku melihatnya.
Aku melihat dia duduk, sesuai dengan apa yang dikatakannya saat membuat janji tadi. Dia mengenakan jaket bulu berwarna cream. Warna kesukaannya. Meskipun tubuhnya terbalut busana yang menutup hampir seluruh tubuhnya, aku melihat kemolekan pada dirinya. Rambutnya yang tertutup kerudung cokelat tua seperti katanya malam tadi, tentu masih ikal. Aku mendengar dia bersenandung mengikuti lagu yang dia putar di alat yang ada di tangannya. Seperti janjinya malam tadi. Dia bersenandung lagu kesenangan kami berdua.
Bunga anggrek mulai timbul.......aku ingat padamu....waktu pertama bertemu....kau duduk disampingku.....
Aku tersenyum sendiri sambil mempercepat langkahku menuju ke arahnya.
"Se.....se....selamat....pagi.....Anita" sapaku terbata-bata seperti tidak yakin bahwa dia adalah perempuan yang sama yang berjanji denganku malam tadi.
Perempuan itu menoleh. Aku melihat wajahnya !!!! Aku melihat wajahnya !!!! Ya Tuhan.....dia benar-benar Anita. Senyumnya.....senyum milik Anita.
"Selamat pagi.....Hans" jawabnya.
Aku tercekat. Suaranya memang suara Anita. Aku belum pernah mendengarnya lagi sejak.......... AH, aku menghapus bayanganku itu karena aku harus segera duduk di samping Anita dan mengatakan sesuatu yang selama ini aku pendam.
"Aku turut berduka atas berita itu" ujarku yang disambut dengan senyum milik Anita. Tadi Anita membantuku duduk di sampingnya, karena dia tahu, tongkat yang membantuku berjalan tidak dapat membuat langkah kakiku kian cepat. Anita duduk kembali di sampingku.
"itu sudah bertahun-tahun lalu Hans......Aku sekarang disini....di depanmu....ada apa ?"
Aku kembali tercekat. Ya Tuhan......mampukah aku berterus terang padanya setelah kejadian itu ?
"Hans.....that's not your fault that you left me cause your parent decision" ujar Anita kemudian sambil memperbaiki posisi duduknya.
"But.... I still love you my dear.... I try to find you every where..... Try to explain what happened after we discuss about my family's decision"
"I thinks......it's finished.....you have to married with her.....your parent's friend daughter"
Ucapan Anita itu aku hentikan dengan sekali tutupan telapak tanganku.
"No....it's not happened my dear...... I love you so much and there's no one can changes my love to you.....where have you been after that day ?"
Anita menatap ke arahku dengan mulut sedikit ternganga.
"So....so....you....you...." kata-kata yang kemudian keluar dari bibirnya terdengar terputus-putus sambil jemarinya menunjuk ke arahku. Aku memahami keterbata-batannya itu sambil melebarkan senyum.
"Yeah..... I've never get married until now because I've waited for my true love....." aku memberi isyarat dengan daguku, menunjuk ke arahnya. Anita seperti tidak percaya kemudian menunjuk ke dirinya sendiri.
"Me......????" ujarnya setengah berbisik lalu dia memalingkan wajahnya dan beberapa saat kemudian aku mendengar isak tangisnya.....
"Why you are crying ? Please....please don't do that....pelase stop crying my love.....please..." aku berusaha menarik bahunya dan ingin mengusap airmata yang keluar dari kedua bola mata Anita. Tetapi tangan Anita mencegah aku melakukan keinginanku.
"You hear the wrong information about me" suara Anita sedikit rendah. Dia usap sendiri airmatanya.
"It's a foolish decision, I thinks.....why we at this game..... Hans....why ?" lanjutnya
"Sorry.....Anita....what do you mean ?" tanyaku tanpa menyembunyikan kebingunganku.
Anita menatap ke arahku. Mejamah tangan kiriku setengah takut namun setengahnya ingin sekali. Aku sendiri tidak dapat menahan hati, tangan Anita langsung aku raih dan aku genggam. Kuletakkan ke dadaku sehingga tubuh Anita dengan sendirinya tersandar di tubuhku. Seperti sepasang kekasih yang tadi aku lihat.
"Hans.....the man who you think about....he's not my husband...... I've never get married yet...like you"
Genggaman tanganku terlepas dan aku tatap Anita dengan sepenuh bola mataku.
"What ??????" Aku tidak dapat menyembunyikan keterkejutanku. Kulihat Anita mengangguk berulang-ulang. Seolah ingin meyakinkan aku bahwa kata-katanya benar. Aku baru menyadari sesuatu...... Jari Anita ada cincinnya !! Bergegas kuangkat tangan kanan Anita dan aku terkesiap. Itu cincin.......kecubung ungu yang pernah kuberikan padanya. Memperhatikan apa yang aku aku lakukan, Anta tersenyum simpul.
"I love...you.....it's never died.....my love.....so....why didn't we met long-long time ago Hans ?"
Ucapan Anita seolah menyesali apa yang sudah terjadi. Aku sendiri takjub atas apa yang kudengar. Berarti ini yang Anita maksudkan betapa kebodohan dan permainan hidup yang menyebabkan kami begini.
"Can we......start it by now.....and try to happiness together, right now ?" tanyaku setengah berharap. Anita tertawa sejenak lalu berucap
"Now...??? Like this ?" Anita berdiri dan menunjukkan wajahnya, kedua tangannya bahkan kakinya juga yang semula tadi kukira lebih tegak dari aku ternyata disampingnya pun ada penyangga, sebuah tongkat...... Aku tergelakj.
"Never mind !! It's our moment....it's our day.....now..." ujarku bersemangat.....
"Please....please.....don't make the new mistakes......will you marry me Anita ? I beg you"
Anita menatap ke arahku. Matanya bulat, berbinar. Tangan kami menyatu dan kami saling pandang. Senyum kami sama-sama mengembang. Mentari terasa mulai menghangati kami berdua. Anita mengangguk, aku bahagia sekali dan sekali rengkuh aku peluk perempuan yang sangat aku cintaii ini.
Untuknya.....rentang waktu penantian yang begitu lama tetap aku jalani dengan hanya satu do'a. Sebelum nyawaku kembali kepada sang pemilik hidup, aku ingin bertemu dengan separuh hatiku..... Beruntung sekali, aku dapat mengenali wanita yang kucintai ini melalui akun fesbuk. Meskipun..... aku sudah.....
Ah, sebuah bola membuyarkan pelukan kami.....seorang bocah berlari ke arah kursi kami dan mengambil bola yang tadi mengenai sandaran kursi taman, dimana aku dan Anita duduk. Anak lelaki itu tersenyum lebar, sembari melambai dia menjauh
"Be happy grand-ma ... grand pha....."
Aku tersenyum simpul sambil menatap Anita......Hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar