Seandainya saya suka mengeluh, barangkali apa yang saya tuliskan ini akan saya keluhkan sesegeranya setelah peristiwa itu terjadi. Tetapi, saya lebih suka diam dan seandainya masalah itu tidak dapat saya tangani, saya lebih suka mengungkapkan dalam puisi dan kata-kata tanpa harus menuju pada siapapun kecuali yang merasa. Saya yakin, Allah Ta’ala akan memberi jalan keluar dan keputusan yang terbaik.
Inilah catatan kecil yang selama ini saya simpan.
Sesaat setelah dilantik, ada tekad dalam hati saya untuk mewujudkan dua hal penting atas kedudukan dari jabatan itu yakni pembenahan administrasi dan mewujudkan keinginan atasan saya untuk mengadakan Air Conditioner (AC) di setiap ruangan kantor terutama ruangan tempat saya bekerja. Sebagai orang baru tentu perlu memiliki pegangan. Namun tempat berpegang pertama yang memberikan banyak input tentang orang-orang di ruangan baru itu ternyata berakhir dengan kekecewaan. Orang itu adalah Nyonya X.
Bermula dari sebuah kepercayaan kepadanya, pengelolaan penginapan saya serahkan secara utuh. Namun kepercayaan itu ternoda karena kebersihannya tidak terjaga dan administrasi disepelekan sedangkan itu adalah point pertama yang disampaikan kepada saya, tidak lama setelah saya diberi tanggungjawab ketatausahaan. Dengan meledak-ledak Nyonya X melontarkan kata-kata yang tidak saya tanggapi dengan emosional. Satu kata yang kemudian membuat saya mengambil kesimpulan bahwa Nyonya X tidak dapat dipegang kata-katanya adalah saat dia berucap : SEMUA SUDAH SAYA LAKUKAN, HANYA MENYEMBAH IBU UNIEK SAJA YANG BELUM.
Subhanallah ……pertanyaan yang mendasar saat itu adalah, HAL APA YANG SAYA SURUHKAN ATAS DIRINYA SEOLAH SAYA PENGUASA YANG LALIM SEMACAM FIR’AUN YANG MINTA DISEMBAH ? Astaghfirullah…. saya punya iman dan tahu betul bahwa DOSA BESAR kalau kita menyembah selain Allah Ta’ala dan laknat Allah Ta’ala atas orang yang minta disembah !!!! Sungguh, Nyonya X tempat saya pegang pertama itu ternyata berani mempermainkan kata-kata tanpa melihat pada IMAN yang diyakininya.
Semenjak kejadian itu, staf lain membantu pengelolaan penginapan mendapatkan berbagai tindak intimidasi baik mental maupun fisiknya. Saya memback-up sesuai kemampuan yang saya punya. Tidak sekali dua kali saya harus mempertanggung jawabkan sesuatu di hadapan atasan saya hal yang sebenarnya tidak saya lakukan dan kalaupun saya lakukan itu didasarkan atas kemauan Nyonya X saat masih saya percayai. YaAllah Ya Rabb…..saya kerap merasa dipojokkan dan hanya di atas sajadah saya mengadukan sebab mengadukan kepada kepala ruangan seringkalii tidak dianggap sebagai masalah. Apalagi, saya paling tidak suka menghadap ke atasan saya untuk menyampaikan masalah sebab atasan saya juga sudah dibebani masalah yang terkait dengan kedinasan maupun pribadi.
Semua hal yang bersifat intimidasi dan fitnahan dari Nyonya X terhadap staf yang lain saya hadapi dengan sekemampuan saya….. sampai akhirnya bisa mewujudkan apa yang sudah menjadi tekad saya. Penginapan, berjalan sesuai dengan adminstrasi yang seharusnya. Hasil pengelolaan penginapan bisa dirasakan oleh seluruh staf bahkan ruangan tempat saya bekerja sudah memasang AC 2 PK. Kepuasan tersendiri karena saya bisa mewujudkan keinginan atassan saya mengenai AC tersebut. Sampai akhirnya tanggal 29 Nopember 2010, saya dihadapkan pada permasalahan yang membuat saya mati rasa.
Hari itu Nyonya X bersama suaminya masuk ke ruangan kepala dengan alasan ada yang mau dibicarakan sehubungan dengan permasalahan Nyonya X yang menyangkut tuduhan staf saya. Staf saya ini yang mengelola penginapan dan maaf dia paling sering diintimidasi berupa kata-kata sampai ancaman mau dipukul oleh suami Nyonya X. Permasalahan itu saya anggap selesai sebab staf saya mengakui kesalahannya dan saya selaku atasannya memintakan maaf untuk itu walau kepala ruangan berusaha berkilah untuk lari dari tanggungjawab sebagai atasan langsung saya. Namun yang membuat saya terperangah adalah luapan kata-kata Nyonya X yang sudah saya dengar sebelumnya….. berikut ucapan-ucapan tentang atasan yang melantik saya.
Saya sakit hati yang teramat dalam sebab beliau di kata-katai dengan semaunya sementara kepala ruangan hanya mendengarkan tanpa bereaksi. Saya saat itu hanya banyak berucap istighfar…..hanya istighfar mendengar orang yang saya hormati, yang keinginannya menjadi tanggungjawab untuk saya penuhi, yang menempatkan tanggungjawab kepemimpinan di pundak saya……begitu rendahnya di mata Nyonya X hanya karena serantang lauk-pauk yang sering dia antarkan.
Subhanllah, astaghfirullah…..dalam hati saya menangis. Kalaupun saya kemudian jatuh sakit dan opname…… itu memang sudah janji saya kepada Allah Ta’ala untuk jatuh sakit dan beristirahat. Dengan begitu saya tidak perlu berfikir atas perbuatan dan perkataan Nyonya X bersama suaminya.
Seusai operasi…..seusai semua rasa sakit di tubuh ini hilang saya rasakan…..ternyata bathin saya tetap sakit. Seminggu sesudah keluar dari rumah sakit saya tidak dapat tidur di malam hari. Sesudah menangis di pelukan suami saya dengan menceritakan segala perbuatan dan perkataan Nyonya X atas diri saya dan atas diri atasan yang melantik saya…..suami saya, memberikan kata-kata yang menguatkan hati saya dengan berpegang pada kekuatan yang dimiliki Allah Azza Wa Jalla. Setelah itu baru saya bisa tidur lelap.
Subhanallah, astaghfirullah…..saya yakin,akan ada jalan keluar terbaik untuk atasan saya yang diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla sehingga bisa dihentikan dari penistaan oleh Nyonya X. Dan, apa yang sudah didapatkan tanpa sepengetahuan beliau ini….tidak berlanjut pada penggantinya siapapun dan kapanpun. Alhamdulillah, saat ini Allah Ta’ala sudah menarik beliau dari lingkaran Nyonya X dan semoga Allah Azza Wa Jalla senantiasa memberikan kebaikan kepada beliau sampai kapanpun.
Saya ingat saat diminta untuk membantu membenahi kondisi di kantor yang memang banyak tidak sesuai. Saat itu saya berkata 3 bulan dibanding 8 tahun dan 3 orang dibanding puluhan orang sepertinya mustahil untuk bisa mengubah kondisi secepat yang diinginkan. Saya tidak berani berjanji kepada beliau untuk membantu karena takut saya ikut tercemar. Namun saya justru berjanji kepada hati kecil saya, bahwa saya tidak akan tercemar sehingga bisa mewujudkan apa yang beliau inginkan. Hanya sayangnya, terkadang……. di awal jabatan, saya begitu percaya kepada perkataan satu orang yang kemudian berbalik menjadi orang yang memutar balikkan kebenaran demi dirinya pribadi.
Subhanallah…astaghfirullah, semoga Allah Ta’ala mengampuni kesalahan saya dan bisa memperbaiki apa yang sudah keliru saya jalankan.
Terima kasih Bapak, saya senang mendapat pelajaran hidup berharga selama menjadi bawahan Bapak….meskipun Bapak tidak mengetahuinya. setidaknya saya masih bisa berpegang pada prinsip bahwa DIAM BUKAN BERARTI TIDAK BERANI DAN BODOH tetapi DIAM UNTUK PASRAH KEPADA ILLAHI DAN INI JAUH LEBIH BESAR FAEDAH. Semoga, hari-hari yang Bapak jalani ke depan…..jauh dari fitnah dan ghibah….amiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar