Kamis, 12 Maret 2015

HABIS

Aku sungguh-sungguh tidak habis pikir, apa sebenarnya yang diinginkan oleh orang-orang itu terhadapku. Tidak ada hentinya mengganggu ketenangan hati dan pikiranku, padahal aku sendiri tidak punya waktu untuk mengganggu ketenangan hati dan pikiran mereka. Habis waktuku untuk menyelesaikan pekerjaanku dan habis pikiranku untuk mencari apa yang akan aku lakukan untuk suami dan anak-anakku.

Berkali-kali aku katakan bahwa kalau aku bekerja maksimal dengan hasil yang baik tidak untuk mencari muka dihadapan atasanku. Aku ingin membersihkan penghasilanku agar yang masuk ke perut anak dan suamiku adalah barang halal sebab diperoleh karena memang aku bekerja keras. 

Sudah banyak bukti yang meyakinkan  hal tersebut. Yang paling besar sekali bukti itu adalah bahwa bukan aku yang dipromosi untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi dari posisiku sekarang ini. Tetapi aku heran, masih saja mereka menjadikanku sebagai kambing hitam atas hal-hal yang tidak aku lakukan atau bukan dariku.

Kemarin, hanya karena selembar surat aku dituduh mau mengambil tupoksi orang. Hari ini, saat rapat berlangsung ada orang yang berkata dengan lantang seolah dia benar dengan kata-katanya itu bahwa pendataan keluarga itu tanggung jawab terbesarnya ada di sub seksi yang lain. Bukan sub seksi aku. Halah dalaaaah......dia pikir aku keberatan menyerahkan tanggung jawab itu ? Sama sekali tidak !!! Silahkan saja ambil pekerjaan itu seluruhnya......jangan cuma anggarannya. Aku malah dengan senang hati menyerahkan pekerjaan tersebut sesuai kalimat orang tersebut kepada sub seksi yang lain. 

Bayangkan, kalimat yang keluar dari bibirnya itu tidak disaring dulu dalam otak dan pikirannya. Dia berkata hanya berdasarkan kata-kata pimpinan di tingkat pusat. Sementara, dia tidak pernah membaca peraturan kepala yang mengatur jabatan apa bertugas apa saja. Dia beranggapan, pekerjaan ini seperti warung kopi yang mudah sekali memindahkan tanggung jawab.

Kembali pada persoalan tanggung jawab itu tadi. Sungguh, aku tidak ingin menguasa anggaran sebesar delapan milyar itu sebab resikonya sangat besar. Aku juga tidak ingin terbelit dalam pertanggung jawaban anggaran. Oleh karenanya, aku berkirim pesan ke atasanku yang paling tinggi agar merealisasikan pernyataan orang tersebut. Biarkan aku lepas dari tanggung jawab tersebut.

Seandainya dia hanya menyatakan intern di dalam bidang kami, itu tidak akan menjadi persoalan sebab bisa kuanggap sebagai cara mengikat tanggung jawab di semua sub seksi agar pendataan itu berjalan lancar. Tetapi ini dinyatakan di dalam forum rapat yang di dengar banyak pihak. Pantang bagiku berebut pekerjaan. Maka.....silahkan bapak dan ibu......ambil saja pekerjaan pendataan keluarga itu semuanya, sampai habis.

Malam ini,
Aku menghadapi laptopku dan semua cerita sehari ini kembali bagaikan lintasan film di ingatanku. Ah.....sepertinya aku memang mau di habisi di kantorku ini. Yang aku ingat, kata-kata bahwa pendataan keluarga bukan tanggung jawab sub seksi aku itu bersumber dari Kepala Bidang tetangga bidangku sesaat sesudah pelantikan. Sebab si pemegang tanggung jawab sub seksi itu sendiri yang mengatakannya kepadaku dibarengi dengan pertanyaan, betulkah begitu ? Aku sudah menjawab berdasarkan peraturan kepala BKKBN nomor sekian pasal sekian bukan.....itu tanggung jawab di sub seksi yang kupimpin. Keterkaitan dengan petugas lapangan KB tidak directly melainkan sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsi petugas lapangan KB.

Aku berpikir  bahwa bapak yang menyampaikan hal tersebut hanya memakai nama direktur di pusat untuk pembenaran padahal dia hanya berpijak dari kata-kata kepala bidang itu.

Silahkan saja, Ambil saja, Habiskan saja.

Sesudah aku dikatakan masih golongan III/c.......sekarang pekerjaanku yang mau diambil alih. Makanya......habisi saja sudah supaya aku tidak eksis di kantor ini.

Pada situasi ini, aku jadi ingat Bapak Karyono Ibnu Ahmad, dosen Pendidikan Karakter yang mengatakan bahwa manusia yang tidak beribadah kepada Allah maka ibaratkan seperti binatang yang mengawinkan karakter-karakter buruk  berupa keserakahan harta dan jabatan dan sehingga menghasilkan anak berupa sifat yang suka membunuh karakter.

Aku pikir, karakterku akan dihabisi dan dilenyapkan dengan cara yang tidak manusiawi. Bila aku bersabar.....maka Allah Azza Wa Jalla yang akan membalaskan semua perbuatan mereka. Aku yakin seyakin jiwaku yang ada dalam genggam Allah Subhannahu Wa Ta'ala bahwa apapun perbuatan mereka terhadapku akan mendapat imbalan yang layak dari Maha Kuasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGEJAR.....JABATAN ???

Dadaku mendesir saat submit surat permohonan mengikuti lelang jabatan eselon II. Sungguhkah aku sedang mengejar jabatan ?????? Untuk menjawa...