Minggu, 03 November 2013

MENGUBAH DIRI

Aku senang melakukan kontak dengan orang lain. Namun aku tidak ingin menjadi bagian dari kehidupan orang lain, kecuali yang sudah ditaqdirkan Allah Azza Wa Jalla sesuai dengan perjanjian hidupku menjelang aku lahir ke dunia. Jadilah, aku seorang yang terlihat tidak punya teman. Namun aku yakin, di dalam hati mereka aku adalah teman sebab dalam berteman aku tidak menggunakan pangkat dan jabatan, dalam berteman aku tidak memanfaatkan kekayaan dan penampilan.

Ada yang merasa terganggu dengan diriku yang seperti ini ?

Berubahnya Susu dan Nila
 
Ya, sudah pasti. Yang terganggu adalah mereka-mereka yang materialistik, memandang segala sesuatu dari segi fisik, penampilan dan kekayaan. Kalau materialistik diibaratkan cairan maka dia merupakan cairan nila yang bersifat merusak. Namun didalam kumpulan nila, setitik nila akan dengan sendirinya melebur menjadi satu dikarenakan kesamaan sifat dan pembawaan. 

Bagiku, aku bukanlah setitik nila. Aku senantiasa menempatkan diriku agar bisa berguna dan bsia bermanfaat bagi orang lain. Kadangkala orang lain mengambil manfaat berlebihan atas diriku, itu aku sangat tahu dan sangat memakluminya sebab orang-orang seperti aku jumlahnya sangat tidak banyak. Ibaratkan air susu, bukankah setiap tetesnya memberi manfaat dan sangat berguna bagi yang meminumnya ? Sedangkan susu itu sendiri tidak akan serta merta bermanfaat bila dibiarkan begitu saja. Susu itu harus diminum. Baru bermanfaat. Aku rasa, begitulah aku, ibarat susu.

Apakah susu akan bisa dikelompokkan ? Tentu saja bisa bila hanya sekedar disebut susu. Namun susu itu sendiri memiliki manfaat yang berbeda-beda sesuai dengan si penerima manfaat. Sehingga orang banyak mengenal susu untuk anak-anak, susu untuk ibu hamil dan susu untuk lanjut usia. Seharusnya ada susu yang bisa bermanfaat bagi semua kalangan umur sehingga susu tetap bisa membaur dalam satu kumpulan susu. Sayangnya, susu tetap terpilah-pilah.

Susu dan nila sama-sama berbentuk cairan. Hanya saja, ternyata antara nila dan susu memiliki karakteristik yang sangat berbeda. 

Disaat setetes nila dimasukkan ke dalam secawan susu maka dengan serta merta susu itu tidak akan bisa dimanfaatkan lagi sebab susu bercampur nila akan dominan sifat perusaknya daripada manfaatnya. Kenapa ? Karena suspensi nila yang lebih cair sehingga gampang masuk ke molekul-molekul susu yang lebih padat. Oleh karena itu, meskipun volume nila hanya setetes sedangkan volume susu secawan maka nila yang setetas dapat merusak sifat susu yang secawan.

Bagaimana bila nila yang secawan sedangkan susu hanya setetes ? Karena suspensi-nya lebih kental maka susu akan tetap berbentuk susu dan nila hanya saja karena sudah jelas nila-nya yang banyak maka susu setets itu tidak berguna apa-apa dan besar kemungkinan akan rusak dari waktu-waktu.

Sadarkah bahwa di sekitar kita hanya sedikit yang menjadi susu dan lebih banyak yang menjadi nila ? Betapa beratnya susu-susu ini mempertahankan formula agar tetap bisa memberi manfaat sedangkan nila kian hari bertambah tingkat perusakannya. Susu tidak serta merta berubah menjadi nila baik sifat serta warnanya, hanya saja sifat perusak dari nila yang menyebabkan susu tidak lagi memberi manfaat.

Jadi, meskipun ada yang merasa terganggu dengan diriku, sepanjang aku berdiri pada kebenaran hakiki yang kuambil dari aqidah yang kuyakini......maka aku akan tetap menjadi setetes susu meskipun berada di secawan nila.

Berubahnya Batu dan Bunglon

Ada yang merasa terganggu dengan diriku yang seperti ini ?

Sudah pasti ada, bahkan ada yang kemudian melalui berbagai macam cara agar aku berubah. Berubah seperti yang mereka inginkan.

Allah Ta'ala menciptakan bunglon agar kita bisa belajar banyak darinya. Untuk self defenses, seekor bunglon akan berubah-ubah warna sesuai dengan lingkungan dimana dia berada. Adalah sangat bagus menjadi seekor bunglon sebab gampang sekali menyesuaikan diri. Penyesuaian diri-lah yang diperlukan, bukan self defenses-nya. Sebab apabila elsf defenses yang didahulukan maka sifat bunglon tidak jauh beda dengan sifat nila. Bunglon berubah untuk keamanan dirinya sendiri, padahal lingkungan tidak selalu membuat dia mati terbunuh bahkan justru lingkungan akan bingung dengan perubahan yang sering terjadi dalam hitungan detik. Atau mungkinkah bunglon memiliki sifat yang tidak disukai dan sifat merusak sehingga dia harus sesering mungkin berubah warna agar bisa menipu lingkungan yang tidak menyukai dan bisa merusak lingkungan yang sudah menerimanya ? Aku, tidak ingin seperti bunglon.

Tahukah sebuah batu ? Apakah batu bisa berubah ? Batu tidak akan pernah bisa berubah. Dia tetap keras. Dia tetap kaku. Dia tetap pada bentuk dan sifatnya meski direbus, dipanaskan atau dibekukan.  Batu, hanya dihancurkan dia bisa pecah namun sifatnya tidaklah berubah masih keras sebagaimana layaknya batu. Jelas, aku tidak ingin seperti batu. Allah Ta'ala menurunkan batu agar manusia bisa membaca betapa menjengkelkannya sebuah batu, meskipun kecil dan terselip di ujung sepatu.....tetap memberi rasa tidak nyaman. Aku, tidak ingin seperti batu.

Aku hanya akan berubah, sesuai dengan kodratku sebagai bagian dari alam yang ber-evolusi sesuai dengan kebutuhan dan waktu untuk itu. Sepanjang aku melakukan hal yang tidak bertentangan dengan aqidahku......maka aku tidak akan mengubah diri.

MENGEJAR.....JABATAN ???

Dadaku mendesir saat submit surat permohonan mengikuti lelang jabatan eselon II. Sungguhkah aku sedang mengejar jabatan ?????? Untuk menjawa...