Jumat, 03 Februari 2012

the way to think about THE WAYS oleh Uniek M. Sari pada 2 Mei 2010 pukul 11:58


Kurengkuh tubuh Andin ke dalam pelukanku. Tangan mungilnya melingkar di pundakku sementara kepalanya menyerusup ke dada seolah ingin mendengar detak jantungku...Ibunya.

“ Andin pernah kena marah Ibu seperti malam tadi...?” tanyaku sambil mengusap rambutnya dan kemudian mengangkat kepalanya untuk memberi kecupan di jidatnya yang menebar aroma bedak. Andin menggeleng sambil menatap ke arahku.

“ Ibu baru malam tadi marahin Andin...Andin sedih....Ibu ga’ memaafkan Andin padahal Andin sudah minta maaf ,” gadisku kemudian berucap setelah itu kembali menyerusupkan kepalanya ke dadaku. Hemmmmm...aku memang membuatnya menangis malam tadi. Tangisan yang tidak pernah terdengar sejak dia lahir. Tanpa memukulnya....Andin menangis sesungukkan malam tadi. Aku hanya menggeleng saat dia berteriak meminta untuk aku maafkan.

“ Mau Ibu beritahu kenapa Ibu marah sama Andin tadi malam ?” tanyaku persis di telinganya. Andin mengangkat kepala lalu mengangguk. Sesaat kemudian bola matanya menatap ke arahku, mencari kejujuran yang keluar dari bibirku. Di saat itu, pintu kamar terbuka dan Aldy muncul di balik pintu. Aku membiarkan dia masuk sejenak lalu kupegang tangannya.

“ Kakak bisa keluar sebentar, karena Ibu sedang bicara serius dengan Andin ,” kataku berikutnya.

Konsep “bicara serius” merupakan kekhususan bagi aku dan anak-anakku di saat aku ingin menyampaikan sesuatu yang penting hanya berdua saja. Mendengar ucapanku, Andin memeluk aku sebab dia tahu, ini berarti sesuatu yang khusus sekali buat dia. Aldy mengangguk tanpa ada kekecewaan di matanya sebab di saat aku “bicara serius” dengan Aldy....adiknya kerap aku minta untuk keluar kamar juga. Hehehe. Aku kembali mendudukkan Andin dipangkuanku dan gadisku memeluk tubuhku erat.

“ Sebenarnya Ibu capek sewaktu di Batam karena Ibu di Batam itu kerja. Tetapi, Ibu dengan semangat mencarikan oleh-oleh untuk Andin. Naaah begitu sampai di rumah....Ibu kecewa sama Andin. Kecewanya Ibu....ternyata Andin menghambur-hamburkan permen oleh-oleh dari Ibu dan lebih kecewa lagi, Andin menghamburkannya di depan saudara sepupu Andin....Ibu malu karena sepertinya Ibu ga’ ngajarin sopan santun pada Andin....” ucapku berikutnya.

Sesaat aku menunggu reaksi Andin setelah mendengar apa yang kukatakan. Woalaaa...berhasil. Andin melepas pelukannya dan duduk di depanku lalu menjelaskan kenapa dia berbuat seperti itu. Kupegang tangan mungil gadisku lalu kutatap matanya dan melalui itu kukatakan bahwa aku serius dengan apa yang kukatakan.

“ Koala yang Andin ikutin tingkah lakuknya itu kartun Nak....dia kartun binatang yang berbeda sekali dengan Andin karena Andin manusia...anak perempuan Ibu yang cantik...ga’ boleh Andin meniru kelakukan Koala itu.....paham Nak ?” tanyaku kemudian. Andin mengangguk.

“ Sekarang Ibu memaafkan apa yang sudah Andin perbuat malam tadi...dan Ibu juga minta maaf karena malam tadi Ibu ga’ memaafkan Andin....” anak gadisku melonjak dan memeluk aku dalam sekali lompatan sambil tertawa lepas. Subhanallah....maaf kan Ibu ya Andin...sebenarnya berat hatiku mendengar kamu menangis malam tadi, tetapi itu harus Ibu lakukan demi kamu juga sayang.

Dalam beberapa saat setelah Andin puas bermain denganku di kamar, dia berlari ke depan dan menemui kakaknya untuk bermain. Aku ditinggal sendiri dalam kamar. Ahhhh....ada apa sebenarnya dengan aku malam tadi sehingga ubun-ubunku seperti terbakar ? Apa masalahku sebenarnya ?

Kumulai dari sebuah do’a. Setiap usai shallat, selalu terucap kalimat....”Ya Allah...berikan yang terbaik untukku karena aku tahu ENGKAU MAHA BAIK....”

Perjalanan Banjarmasin-Batam adalah sesuatu yang baru bagiku dan ini kali pertama buat aku. Allah Azza Wa Jalla memberikan yang terbaik padaku yakni teman seperjalanan yang memiliki pengalaman yang sama yaaaa....sama-sama pertama kali harus mengurus transit !!! Transit pun tidak jadi masalah. Bahkan ketika dari Jakarta – Batam aku mendapat teman seorang Ibu separuh baya yang mengajak aku bicara sepanjang perjalanan sehingga buku yang kupersiapkan untuk mengatasi kejenuhan selama penerbangan justru tidak sempat kubaca karena asyik ngobrol dengan kenalan baruku itu. Bukan hanya itu, bagaimana caranya untuk sampai ke hotel, kudapat dari Ibu yang sederet denganku tersebut sebab dia sudah berkali-kali ke Batam. Alhamdulillah...my trip to Batam without any troubles.

Selama kegiatan pun aku tidak mendapatkan masalah. Dari pembukaan sampai penutupan bahasa inggris menjadi wajib (kena denda bila kami berbahasa Indonesia) dalam kegiatan training tersebut. Sejak SMP dan SMA nilai bahasa Inggris-ku selalu 9 di raport sehingga materi dalam bahasa Inggris bukan kendala bagiku. Bahkan mungkin, hanya aku peserta yang membuat banyak catatan di buku sewaktu mendengarkan fasilitator memberi materi, sampai aku ditegur....katanya :

“ I am sorry Mam....please don’t writing...just listening and understanding all of my prensentation.... you will have my presentation concepts in your flashdisc ”

“ But sorry Mrs. Chris....I’de like to write all of your presentation because it is the way for me to understand what was you say....” sahutku spontan.

Fasilitator itu malah tertawa ngakak dan kemudian mempersilahkan aku untuk tetap mencatat.

Fasilitator yang lain justru menyebut aku secretary karena aku memang tidak bisa “put down the ballpoint to stop writing” hehehe. Really, the end of training I have no troubles.....Alhamdulillah.

Perjalanan keberangkatan menjadi pedoman bagiku untuk meringkesi barang.

Ternyata perjalanan dari Batam-Jakarta aku menemukan situasi di luar dugaan. I have no friend in airplane as long as it flight. Sepertinya hanya aku yang perempuan dalam deretan kiri dan kanan juga belakangku. Upppsss....perjalanan kemudian membosankan dan buku-bukuku di koper dalam bagasi !!!! My God, untuk menghilangkan kejenuhan aku bersenandung lagu “Love Story”. Emang gue pikirin orang di sebelahku ???

Situasi lain kudapati saat harus antri untuk transit. Tingkah yang ga’ mau antri, main serobot ternyata masih membudaya, walaupun di Bandara katanya tempat yang paling disiplin. Hehehe bahkan calo berpakaian dinas menawarkan untuk menerobos antrian agar transit berjalan cepat. Weeeeekkkk aku menggeleng. Memang beresiko sih....aku hanya punya waktu 5 menit untuk sampai di pesawat karena pesawat sudah mau landing. Hufffffffssss.... ternyata aku mendapatkan nomor kursi yang sama waktu dipesawat dari Batam. Urutan D dan....kiri-kananku lagi-lagi kaum adam semua.

My God, I have the same situation...I have no friend as long as flight from Jakarta to Banjarmasin. And it is really really really bored situation. Oh my books...I need all of my books but they aren’t here.... Kali ini hatiku hanya mengulang-ulang ayat Qursy. Kepala-ku jadi berat.

Ibarat sudah ketumpahan minyak tanah maka bagasi-ku yang tertinggal di Jakarta hanyalah pematik yang membuat aku bisa terbakar dalam emosi. Tapi enggak, dihadapan pegawai agen perjalanan itu aku tetap bisa mengendalikan kata-kataku sehingga akhirnya kami sepakat bahwa bagasiku akan diantar bila tiba dari Jakarta. (Tengah malam sekitar pukul 2, bagasiku di antar). Wow....taksi bandara juga memberi andil dalam pemadatan emosi di kepalaku sebab sudah beberapa kali mengambil posisi berbahaya untuk keselamatan jiwa dan supirnya mengeluh terus sepanjang jalan. Subhanallah...tahukah engkau wahai Pak Supir...diriku sebenarnya lebih lelah dari dirimu bahkan aku belum makan seharian ini !!! Untuk mengalihkan pendengaranku dari supir, kubuka facebook melalui hape dan......aku matikan lagi secapat kilat karena hahaha !!!! Rahasia gue aja deh.

Aku tak habis pikir kenapa perjalanan pulang tidak seindah-semudah perjalanan berangkat ? Kalau kegiatanku dibagi ke dalam 3 tahapan maka Allah Azza Wa Jalla mengabulkan dua kebaikan untuk kegiatanku dan satu ketidak baikan dari kegiatanku. Bukankah setiap saat aku berdo’a untuk mohon kebaikan yang terbaik ???

Setelah semalam aku berpikir, ternyata Allah memberikan 3 kebaikan dalam tiga bagian dari kegiatanku kemarin yaitu :

1. Di keberangkatan dengan segala situasi yang positif sebab Allah Maha Tahu bahwa aku akan menghadapi hari-hari yang full dengan kegiatan maka bila aku sudah stress di perjalanan maka bisa jadi aku akan kacau selama mengikuti kegiatan

2. Selama kegiatan dengan segala situasi positifnya sebab Allah Maha Tahu bahwa aku memang datang dengan niat untuk menimba ilmu dan pengetahuan sehingga dimudahkan bagiku untuk mengikuti semua materi. Rutinitas training selama beberapa seperti mengingatkan aku dimasa masih sekolah yang getol berbahasa Inggris di dalam kelas.

3. Di kepulangan dengan segala situasi negatif-nya. Kalau aku mendapatkan semua sisi positif saja sampai dengan pulang barangkali tidak ada perenungan dalam hari-hariku, Justru adanya kendala itu mengingatkan aku bahwa banyak kebaikan yang diberikan Allah Azza Wa Jalla atas diriku. Bahwa aku harus diapit “banyak” lelaki karena dalam perjalanan tersebut sebenarnya dikarenakan pesawat di kepung awan tebal saat akan mendarat dan landing dari Bandara Soeta. Situasi menjenuhkan gara-gara buku aku tempatkan dibagasi disebabkan aku terlalu yakin bahwa aku akan menghadapi situasi positif seperti dalam perjalanan keberangkatan. Bukankah seharusnya aku memperhitungkan yang sebaliknya karena aku tidak tahu sesuatu beberapa detik ke depan ???

Catatanku ini kuakhiri dengan do’a pula.

Ya Allah Yang Maha Baik...tetap berikan segala kebaikanMU kepada aku dan kepada orang-orang terkasih yang dekat denganku, kepada teman-temanku yang selalu baik kepadaku agar mereka mendapatkan segala yang terbaik dariMU Ya Rabb...amiiiin.

The Reflection oleh Uniek M. Sari pada 30 Mei 2010 pukul 10:56

Aku memandang ke arah anak perempuan yang ada di hadapanku. Matanya sudah berkaca-kaca, mungkin sebentar lagi menangis. Hmmm…ternyata apa yang dikatakan mereka selama ini benar adanya. Kuhentikan gerak tangan anak itu dengan sekali genggaman. Aku melihat kegelisahan pada gerakan tangannya

“Perhatikan, Ibu tidak marah……Ibu hentikan karena Laili ada yang keliru…sini Ibu baca yang tadi Laili baca ,” ujarku sambil meraih buku yang ada di hadapannya. Kubaca pelan-pelan seperti dibacanya tadi. Laili menarik tangannya dari genggamanku lalu mengambil buku kecil di hadapanku.

“ Ibu tadi membaca qof ga’ pake qolqolah ya ? “ ujarnya kemudian. Senyumku mengembang lalu kuusap kepalanya.

“ Itu tadi yang Laili baca, Ibu cuma mengulangnya….. Laili tiba-tiba menghentikan bacaan Ibu karena tahu bahwa bacaan Ibu salah….,”

Gadis kecil itu tersenyum malu lalu menundukkan kepala. Dia dikenal cengeng dan kalau diberitahu kesalahannya selalu saja menangis. Kalau sudah menangis, kemudian ngambek dan tidak mau membaca buku Iqra-nya. Ustadz dan ustadzah di TKA/TPA Al Muhajirin di dekat rumah kontrakanku, sudah angkat tangan untuk mengajari gadis kecil ini. Tetapi sore itu, Laili menghabiskan 4 lembar buku Iqra-nya bersama-samaku.

Aku mendapat ucapan selamat dari ustadz dan ustadzah yang lainnya karena berhasil “menjinakkan” gadis cengeng itu. Ini “keberhasilan” kedua sesudah menjinakkan kakak beradik Ipan dan Adul. Honor bukan yang kucari melainkan kepuasan bathin yang tak bisa diukur dengan apapun...apalagi kalau berhasil menghadapi tantangan dihadapan murid-murid khusus seperti Nurlaili.

Aku memang memilih kegiatan di lingkunganku itu dan menolak ajakan teman-temanku untuk aktif di forum diskusi yang dikelola Senat Mahasiswa, padahal aku bagian dari pengurus senat di kampusku sendiri.

Biasanya setiap usai shallat Ashar, TK/TP Al Qur'an Al Muhajirin ini bubar dan di rumah sudah ada anak tetangga yang menunggu untuk minta “temani” saat membaca AL Qur’an. Ini rutinitasku sejak aku kuliah sampai aku harus pulang ke daerah karena kuliahku usai sudah.

Dua tahun berikutnya, penampilan dan kegiatanku tidak seperti itu. Setelah aku wisuda dan kembali ke daerah, aku mendapatkan diriku menjadi seorang yang asing, terkucil dan sia-sia menyelesaikan kuliah “lebih cepat” dari yang lainnya.

Bapak sibuk dengan kegiatannya sehingga aku tidak punya teman ber”debat” lagi seperti saat aku masih kuliah dan pulang setiap semesteran. Bunda, lebih parah lagi….. selama Bapakku sibuk Bunda jadi “lengket” dengan anak teman sepermainanku yang dipanggil “cucu” oleh Bunda.

Hatiku seperti disayat-sayat setiap “cucu” Bunda dari tetangga ini datang. Aku memberi “gelar kesarjanaanku” dan perilaku “muslimahku” pada Bunda tetapi nampaknya gelar “cucu” dari perempuan yang berpakaian sembarangan, lebih dekat di hati Bunda.

Aku mengambil gunting, rambutku yang sebatas pinggang ku potong…tidak tanggung-tanggung… potong cepak !! Semasih nge-kost, banyak temanku yang mau ganti potongan rambut gratis hanya dengan membawa gunting dan sisir ke kamarku.

Aku mengambil kunci kendaraan, tanpa berbusana muslim dan hanya mengenakan celana panjang dan kaos lengan pendek, aku ke bank mengambil tabunganku lalu berbelanja pakaian ke toko. Pakaian span, rok mini dan….blouse-blouse lengan pendek semua. Anting-anting ku ganti yang sedang in waktu itu. Begitu juga perhiasan lainnya.

Hanya dalam tempo sehari….. aku sudah tidak seperti ustadzah yang berhasil membuat anak orang lain mau mengaji…tetapi aku sudah menjadi “perempuan” lain tanpa identitas islami. Sejak hari itu, aku yang biasanya "setia" di rumah….malah sukanya duduk di rumah makan atau di rumah temanku ber jam-jam. Jalanan, tempat aku menumpahkan segala kesalku sebab kedekatan Bunda dengan “cucu” tetangga benar-benar membuat hati aku terluka.

Sahabat,

Cerita ini tidak muncul begitu saja. Ingatan tentang ini, tidak hadir begitu saja. Ini refleksi dari sebuah jawaban. Beberapa minggu lalu aku bertandang ke komunitas YA katagori AK yang salah satu member-nya bertanya : Perbuatan apa yang dilakukan di masa lalu dan penyesalannya kamu rasakan saat ini ? Jemari-ku menekan tuts pada keyboard komputerku dan menuliskan BETAPA MENYESALNYA AKU SEBAB TELAH MELEPASKAN JILBAB WAKTU ITU…….. Karena, memang hanya itu SATU-SATUNYA perbuatan dimasa lalu yang tak akan habis kusesali seumur hidupku. Astaghfirullah.....aku hampir menangis waktu mengetik jawaban itu.

Ternyata apa yang kutulis sebagai jawaban tidak hanya sebatas itu. Ingatan tentang bagaimana pertama kali aku mengenakan jilbab kemudian kehidupanku selama berbusana muslim….lalu saat aku melepaskan jilbab dan “rasa” hidupku selama tidak berbusana muslim…..benar-benar mengganggu ketenanganku. Kegelisahan itu semakin mengganggu emosi-ku dan mempengaruhi kalimat-kalimatku saat memberi komentar ke teman-teman di facebook. Itupun kemudian menyakitkan hatiku.

Aku memutuskan untuk berhenti dari dunia “maya” merogoh kembali masa laluku, mengembalikan lagi semua kenanganku dan…………Alhamdulillah….semua telah kembali dalam posisinya semula.

Ada beberapa catatan yang bisa kuambil yaitu :
1. Apa yang kita putuskan hari ini akan kita petik buahnya di kemudian hari
2. Hal baik atau buruk yang kita dapatkan hari ini, sebenarnya buah dari perbuatan kita di masa lalu

Aku mendapat pesan dari member YA AK itu yang justru me-refleksi-kan keyakinanku bahwa Allah Azza Wa Jalla dengan segala kebaikannya akan memaafkan apapun kesalahan kita dan tentu dengan segala taubat yang kita lakukan masalah apapun yang kita hadapi saat ini akan tetap dalam petunjuk dan lindungan dari NYA. Karena Allah…Maha Pengampun, Pengasih dan Penyayang……

Catatan ini, hanya untuk share pengalaman....jangan pernah salah dalam membuat sebuah keputusan.....

Untuk siapapun yang punya inisial P di komunitas YA AK terima kasih sudah mengingatkan aku akan hal penting dalam hidupku, semoga Allah Azza Wa Jallah memberikan segala kebaikanNYA untuk kamu.


PERCEPTION oleh Uniek M. Sari pada 6 Juni 2010 pukul 20:52


Boneka pohon

Pintu kamarku terbuka. Andin muncul dari balik pintu dan langsung naik ke tempat tidur.

“ Ibu baru saja shallat sunnat ya ?” tanyanya sambil meletakkan kepalanya di bantal. Aku tidak menjawab melainkan mendaratkan ciuman ke pipinya yang menebarkan aroma bedak bayi. Dia memang baru mandi.

“ Andin tadi shallat Subuh sama kakak ,” ujarnya kemudian. Sesudah puas kucium kedua pipinya aku meletakkan sajadah dan mukenah yang baru kukenakan di gantungan pakaian yang ada di kamarku.

“ Ya iyalah…kan Andin sudah besar maka dari itu harus mulai belajar shallat ,” jawabku beberapa saat kemudian.

Aku menuju lemari, menyiapkan pakaian kantor untuk hari Senin dan mengambil perlengkapan make-up di lemari. Andin bangkit dari rebahan dan mendekat ke arahku. Dia paling suka melihat warna-warna yang ada di kotak make-up. Matanya yang besar menatap ke arahku yang menaburkan bedak ke wajah. Hemmmm…hemmm…anak perempuanku tanpa berkedip memperhatikan aku berdandan.

“ Ibu ngapain ?” tanyanya kemudian ketika melihat aku memoleskan kuas lipstick ke bibir.

“ Ini namanya lip-setik…lipstick ,” jawabku.

Kulirik sekilas melalui kaca rias di tanganku, mata gadis cilikku mengerjap beberapa kali.

“ Boleh Andin pake liftik Ibu ?” syuuuuurrrr….hatiku berdesir mendengar pertanyaannya.

Hampir saja aku menjawab bahwa dia BELUM BESAR untuk pakai lipstick…. Heheeheheee aku bakal di cap plin-plan dong sebab barusan mengatakan bahwa dia SUDAH BESAR oleh karenanya harus belajar shallat. Aku berhenti berdandan dan memandang ke arahnya sejenak. Andin melontarkan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya.

“ Sini, berdiri di samping Ibu,” ujarku sembari mengulurkan tangan untuk meraih badannya agar turun dari kasur dan menempatkannya persis di sampingku.

“ Nanti, kalau badan Andin sebesar badan Ibu, baru Andin boleh memakai lipstick ,” kataku kemudian. Andin mendongak, kemudian mengangguk lalu kembali naik ke kasur.

“ Kalau sebesar badan kakak ?” si kecil ini berusaha negosiasi. Aku menggeleng.

“ Kalau sebesar badan kakak, Andin harus pintar sekolah dulu, shallat yang benar…kalau badannya sebesar badan Ibu baru boleh pake alat make-up Ibu ,” jawabku lagi. Senyum Andin merekah.

“ Bener ? Boleh ?” kujawab cecaran tanyanya dengan anggukan. Aku kembali berdandan. Andin memainkan kerudung yang akan kupakai.

“ Ibu hari ini sibuk sekali ya ? Mengajar ?”

“ Ibu belum tahu, tetapi yang pasti Ibu harus berangkat pagi karena apel ,” jawabku sambil mengenakan pakaian dinas warna hijau. Tiba-tiba Andin turun dari kasur.

“ Andin mau jadi anak baik, siapkan sepatu Ibu ya ?” ujarnya.

“ Eiiiiit…sepatu yang mana ?” pertanyaanku menghentikan langkahnya.

“ Yang hitam yang begini ni Bu…….” ujarnya sambil menggerakkan tangannya, memberi deskripsi melalui jarinya.

Aku berhenti mengenakan kerudung dan memperhatikannya. Kuminta dia ulangi lagi “gambarannya” karena aku khawatir dia keliru bukan mengambil sepatu melainkan selop. Andin menggambarkan sepatu yang ada dalam benaknya. Kuperhatikan gambarannya dan yaaap... itu sama dengan yang ada di benakku.

“ Oke,” kataku yang langsung disambut dengan teriak gembira dari bibir mungilnya lalu berlari keluar kamar.

Aku menyelesaikan dandanan dan terakhir menyemprotkan Eternity Calvin Klein ke telapak tanganku. Sambil mematikan lampu kamar, aku keluar menyampirkan tas ke bahuku dan mengambil kunci kendaraan. Andin sudah berdiri di pintu. Bergegas aku mendekatinya untuk memasang sepatu.

Uppppppppsssssss…….!!! Aku mundur selangkah. Sepatu itu ! Itu sepatu yang baru aku beli seminggu yang lalu. Aku membeli model seperti itu khusus untuk kegiatan pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat dimana kegiatannya cuma duduk doang !!!!!!!!!!

“ Andin tahu sepatu yang Ibu sukai…….,” sambutan Andin melihat kehadiranku menyebabkan aku kembali melangkah maju. Senyum lebarnya yang mengembang mengharuskan aku mengucapkan terima kasih dan tetap memakai sepatu pilihan yang digambarkannya tadi. Bunda yang berdiri di samping Andin tersenyum simpul melihat aku memasang sepatu itu. Beberapa menit kemudian sesudah menciumnya, memeluknya dan mengucapkan salam aku berangkat ke kantor.

Sahabat,

Tahukah…….hari itu aku mengajar dari pukul 9 pagi sampai pukul 4 sore untuk materi dinamika kelompok….. Bayangkan, berdiri selama 7 jam !!!! Kakiku hanya istirahat selama shallat dzuhur di pukul 12.30 dan shallat ashar di pukul 15.45. Hemmmm...hemmmm !!!!

Jadilah jempol-jempol kakiku terhimpit satu sama lain sebab sepatu itu berujung lancip !!!

Subhanallah……persepsi di kepala Andin dan persepsi di kepalaku benar-benar JAUH SEKALI PERBEDAANNYA. Hari itu.....aku harus menanggung akibatnya….. ^_*

Catatanku :

1. Jangan melukai perasaan bocah cilik yang tergambar dalam senyum dan sambutannya sebab itu akan dikenangnya hingga dewasa.
Ketika masih kecil dan tanpa disadari perasaan kita sering dilukai oleh orangtua maka MAAFKANLAH mereka sebab itu akan memudahkan kita untuk mendapatkan maaf dari anak-anak disaat kita (SEBAGAI ORANGTUA) melakukan kesalahan


2. Deskripsi anak-anak tentang sebuah konsep seringkali lebih njelimet dari para orangtua sehingga PERLU KESABARAN untuk memahaminya dengan begitu kita bisa “menyamakan” persepsi tentang satu hal sebelum membuat sebuah keputusan.
Terkadang kekecewaan pada anak terhadap orangtua bermula dari KETIDAKSABARAN untuk menjadi pendengar di saat mereka menyampaikan idea atau pemikirannya...ini juga dapat melukai perasaan anak

3. Ucapan terima kasih, akan membuat anak-anak bangga
Bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga ingin dihargai dan ucapan terima kasih serta pujian atas kebaikan atau kebenaran sikap yang mereka lakukan. Lontaran pujian dan terima kasih, sangat mereka harapkan

Catatan ini sekedar share dan jangan berpikir hanya sebatas anak-anak kita di rumah melainkan ada banyak anak yang ada di sekeliling kita. KEBAIKAN SUDAH SEHARUSNYA DISEBARKAN PADA SEKELILING KITA AGAR EFEK POSITIF-NYA BISA MENYEBAR DENGAN SEMPURNA

Semoga bermanfaat.

Kamis, 02 Februari 2012

KULKAS DAN SERANGAN JANTUNG oleh Uniek M. Sari pada 17 Juli 2010 pukul 21:58

Suatu hari ada dua arwah penasaran yang baru bertemu kemudian berkenalan dan berbincang-bincang untuk mengisi waktu luang mereka sebagai hantu. Sepanjang percakapan hantu yang kedua tidak berhenti menggigil. Lalu temannya si hantu kesatu bertanya :

"Kenapa kamu selalu menggigil ?"

"Oh.....aku mati dulu dengan cara yang buruk sekali.....aku mati dalam .....kulkas !!" Jawab hantu kedua sambil menggigil.

"Kasihan sekali, kalau aku dulu mati karena serangan jantung " Kata hantu kesatu

"Sakit jantung kronis ya ? Kenapa tidak di operasi saja ? Dengan begitu kamu masih bisa bercengkerama dengan keluargamu." jawab hantu kedua

"Sudah, aku sudah melakukan itu ! Kenyataannya saat aku sedang dalam penyembuhan itulah aku meninggal. Panjang ceritanya..." jawab Hantu kesatu lemah.

"Ceritakanlah .....Sambil kita bersantai nih......"

"Begini..Aku curiga isteriku main serong dan selingkuh dari aku. Hari itu, aku ingin menjebak isteri aku.....Aku pura-pura berangkat bekerja tapi sebenarnya aku memarkir mobilku di persimpangan ujung tak jauh dari rumahku. Seperti dugaanku, masuk sebuah mobil dan parkir di garasiku. Aku santai sejenak sebab ingin menangkap basah perbuatannya aku perlu sedikit waktu."

"Jadi, kamu tangkap basah isteri kamu dan lelaki itu ?" tanya Hantu kedua bersemangat.

"Tidak. Aku hanya bertemu isteriku saja di dalam kamar. Yang aku herankan, ketika aku masuk rumah aku melihat sepatu lelaki di dekat pintu rumahku. Aku tanya isteriku tapi dia tidak mau menjawab. Jadi aku pun lari-lari mengelilingi rumahku mencari lelaki itu. Semua kamar aku buka dan kucari tapi tidak ada juga.... Akhirnya, lelah akibat berlari mencari lelaki itu, aku pun pingsan kena serangan jantung.... dan.... tak lama sesudah itu, matilah aku..." kata Hantu kesatu mengakhiri ceritanya dengan sedih.

Hantu kedua terdiam mendengarkan cerita Hantu kesatu. Beberapa saat kemudian, Hantu kedua berkata,

"Kenapa tidak memeriksa kulkas kamu ? Kalau kau periksa ke kulkas itu, tentunya kita berdua masih hidup"

SEBUAH PESAN ISTIMEWA oleh Uniek M. Sari pada 21 Juli 2010 pukul 20:27

Seorang lelaki menginap di sebuah hotel di tengah Kota Surabaya. Salah satu fasilitas yang disediakan pihak hotel kepada pelanggannya adalah perangkat komputer dan internet untuk browsing. Maka lelaki itupun mengambil keputusan mengirimkan e-mail kepada isterinya.

Sebenarnya, lelaki itu melakukan kesalahan kecil saat menuliskan alamat e-mail isterinya namun dia tidak menyadari hal tersebut. Huweleeeeeeehhhh.....e-mai-nya sudah terlanjur dikirim.

Di sebuah rumah jauh dari Surabaya….di daerah Banjarmasin, seorang wanita baru tiba dari pemakaman, mengantar jenazah suami-nya yang baru meninggal. Setelah para pelayat yang turut serta mengantarkan ke kubur pulang, janda yang baru ditinggal wafat oleh suaminya tersebut memutuskan untuk membuka e-mail guna melihat pesan-pesan dari sanak keluarganya.

Selesai membaca satu-satunya e-mail yang masuk di komputer miliknya si janda tersebut jatuh pingsan. Anak lelakinya bergegas masuk ke kamar ibunya dan mendapati ibunya pingsan, dia pun membaca pesan yang tertulis di komputer :

To : Isteriku tersayang
Date : 22 Januari 2010
Subject :

Papa telah selamat sampai di tujuan, Papa tahu Mama pasti akan terkejut dengan pesan ini. Mereka menyediakan komputer dan mengijinkan untuk mengirim e-mail kepada siapa saja terutama yang kita sayangi.
Papa telah tiba dengan selamat dan istirahat dengan aman dan nyaman di sini. Papa melihat semuanya telah di sediakan juga untuk kedatangan Mama. Semoga secepatnya berjumpa denganmu Mama sayang. Papa harap perjalananmu ke sini nanti lebih mudah seperti yang telah Papa lalui barusan.

OH, YANG ITU TIDAK SAYANG........oleh Uniek M. Sari pada 25 Juli 2010 pukul 16:22

Sepasang suami isteri sedang berbincang-bincang di depan televisi dalam kamar mereka.

Isteri    : Pa, kalau saya meninggal lebih dahulu apa Papa akan menikah lagi ?
Suami  : Papa pikir, mungkin akan menikah lagi karena anak-anak kan perlu perhatian...Ma
Isteri    : Kalau Papa menikah lagi, apa akan tetap tinggal di rumah ini ?
Suami  : Hemmmh… rumah sebegini mewah apa akan dibiarkan tanpa penghuni ?
Isteri    : Kamar tidur dan toilet-nya Papa perbolehkan dia pakai ?
Suami  : Sepertinya begitu, Papa ga’ mau bikin kamar tidur lagi….mubazir Ma
Isteri    : Papa ijinkan dia memakai lemari kita ?
Suami  : Sayang, lemari kita ada empat pintu, tidak apa kan kalau dibagi ke orang lain…..kan Ma
Isteri    : Papa ijinkan dia memakai kasur kita ?
Suami  : Apa boleh buat sayang, sebab baru sebulan kita membelinya
Isteri    : Apa Papa akan pakaikan ke dia baju tidur, pijama dan handuk Mama ?
Suami  : Tidak lah sayang, Papa akan berikan kepada saudara-saudara Mama daripada tak terpakai
Isteri   : Tas-tas Mama, sepatu milik Mama, perlengkapan make-up Mama dan perlengkapan golf Mama juga ???
Suami  : Oh tentu YANG ITU TIDAK SAYANG sebab dia suka tas berwarna cream, sepatu dia-pun ukurannya lebih kecil dari Mama, alat make up dia ga’ sama dengan yang Mama pake, perlengkapan golf juga tidak sebab dia kidal...
Isteri : ????!!!!!
Suami : Upssssssssssssss…….!!!!

Nenek......!!!! oleh Uniek M. Sari pada 14 September 2010 pukul 16:52

Malang tak dapat di tolak, untung tak dapat diraih. Itulah yang terjadi dengan seorang nenek berusia 70 tahun yang tinggal sendirian di sebuah rumah.

Di pagi buta, dia mendapati keranjang berisi bayi yang baru dilahirkan. Nenek itu membawa masuk keranjang ke dalam rumahnya.......
Berita itu kemudian tersebar bahwa si nenek punya bayi !!! Tetangga si nenek datang untuk melihat kebenaran informasi tentang bayi itu.

Ketika mereka ingin melihat si bayi, ........ nenek itu berkata "Sebentar dulu".
Mendengar itu, para tetangga kembali ngobrol dari ujung ke pangkal dan dari hulu ke hilir seperti memberi waktu kepada si nenek.

Setengah jam berikutnya mereka berkata ingin melihat bayi itu lagi.
Nenek itu menjawab :  "Sebentar lagi"
Para tetangga ini heran kemudian bertanya :"Kapan kami bisa melihat bayi yang nenek temukan .....?"
Nenek itu menjawab " Kalau kita mendengar dia menangis".
Serempak mereka bertanya "Kenapa kami harus menunggu sampai dia menangis?"
Nenek itu menjawab sambil bersungut-sungut ,"Sebab aku lupa.. ...dimana kuletakkan keranjang bayi itu dan sedari tadi aku menunggu dia menangis......."
Para tetangga : " Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ?!!!!!!!!!!!"

MENGEJAR.....JABATAN ???

Dadaku mendesir saat submit surat permohonan mengikuti lelang jabatan eselon II. Sungguhkah aku sedang mengejar jabatan ?????? Untuk menjawa...