Jumat, 03 Februari 2012

The Reflection oleh Uniek M. Sari pada 30 Mei 2010 pukul 10:56

Aku memandang ke arah anak perempuan yang ada di hadapanku. Matanya sudah berkaca-kaca, mungkin sebentar lagi menangis. Hmmm…ternyata apa yang dikatakan mereka selama ini benar adanya. Kuhentikan gerak tangan anak itu dengan sekali genggaman. Aku melihat kegelisahan pada gerakan tangannya

“Perhatikan, Ibu tidak marah……Ibu hentikan karena Laili ada yang keliru…sini Ibu baca yang tadi Laili baca ,” ujarku sambil meraih buku yang ada di hadapannya. Kubaca pelan-pelan seperti dibacanya tadi. Laili menarik tangannya dari genggamanku lalu mengambil buku kecil di hadapanku.

“ Ibu tadi membaca qof ga’ pake qolqolah ya ? “ ujarnya kemudian. Senyumku mengembang lalu kuusap kepalanya.

“ Itu tadi yang Laili baca, Ibu cuma mengulangnya….. Laili tiba-tiba menghentikan bacaan Ibu karena tahu bahwa bacaan Ibu salah….,”

Gadis kecil itu tersenyum malu lalu menundukkan kepala. Dia dikenal cengeng dan kalau diberitahu kesalahannya selalu saja menangis. Kalau sudah menangis, kemudian ngambek dan tidak mau membaca buku Iqra-nya. Ustadz dan ustadzah di TKA/TPA Al Muhajirin di dekat rumah kontrakanku, sudah angkat tangan untuk mengajari gadis kecil ini. Tetapi sore itu, Laili menghabiskan 4 lembar buku Iqra-nya bersama-samaku.

Aku mendapat ucapan selamat dari ustadz dan ustadzah yang lainnya karena berhasil “menjinakkan” gadis cengeng itu. Ini “keberhasilan” kedua sesudah menjinakkan kakak beradik Ipan dan Adul. Honor bukan yang kucari melainkan kepuasan bathin yang tak bisa diukur dengan apapun...apalagi kalau berhasil menghadapi tantangan dihadapan murid-murid khusus seperti Nurlaili.

Aku memang memilih kegiatan di lingkunganku itu dan menolak ajakan teman-temanku untuk aktif di forum diskusi yang dikelola Senat Mahasiswa, padahal aku bagian dari pengurus senat di kampusku sendiri.

Biasanya setiap usai shallat Ashar, TK/TP Al Qur'an Al Muhajirin ini bubar dan di rumah sudah ada anak tetangga yang menunggu untuk minta “temani” saat membaca AL Qur’an. Ini rutinitasku sejak aku kuliah sampai aku harus pulang ke daerah karena kuliahku usai sudah.

Dua tahun berikutnya, penampilan dan kegiatanku tidak seperti itu. Setelah aku wisuda dan kembali ke daerah, aku mendapatkan diriku menjadi seorang yang asing, terkucil dan sia-sia menyelesaikan kuliah “lebih cepat” dari yang lainnya.

Bapak sibuk dengan kegiatannya sehingga aku tidak punya teman ber”debat” lagi seperti saat aku masih kuliah dan pulang setiap semesteran. Bunda, lebih parah lagi….. selama Bapakku sibuk Bunda jadi “lengket” dengan anak teman sepermainanku yang dipanggil “cucu” oleh Bunda.

Hatiku seperti disayat-sayat setiap “cucu” Bunda dari tetangga ini datang. Aku memberi “gelar kesarjanaanku” dan perilaku “muslimahku” pada Bunda tetapi nampaknya gelar “cucu” dari perempuan yang berpakaian sembarangan, lebih dekat di hati Bunda.

Aku mengambil gunting, rambutku yang sebatas pinggang ku potong…tidak tanggung-tanggung… potong cepak !! Semasih nge-kost, banyak temanku yang mau ganti potongan rambut gratis hanya dengan membawa gunting dan sisir ke kamarku.

Aku mengambil kunci kendaraan, tanpa berbusana muslim dan hanya mengenakan celana panjang dan kaos lengan pendek, aku ke bank mengambil tabunganku lalu berbelanja pakaian ke toko. Pakaian span, rok mini dan….blouse-blouse lengan pendek semua. Anting-anting ku ganti yang sedang in waktu itu. Begitu juga perhiasan lainnya.

Hanya dalam tempo sehari….. aku sudah tidak seperti ustadzah yang berhasil membuat anak orang lain mau mengaji…tetapi aku sudah menjadi “perempuan” lain tanpa identitas islami. Sejak hari itu, aku yang biasanya "setia" di rumah….malah sukanya duduk di rumah makan atau di rumah temanku ber jam-jam. Jalanan, tempat aku menumpahkan segala kesalku sebab kedekatan Bunda dengan “cucu” tetangga benar-benar membuat hati aku terluka.

Sahabat,

Cerita ini tidak muncul begitu saja. Ingatan tentang ini, tidak hadir begitu saja. Ini refleksi dari sebuah jawaban. Beberapa minggu lalu aku bertandang ke komunitas YA katagori AK yang salah satu member-nya bertanya : Perbuatan apa yang dilakukan di masa lalu dan penyesalannya kamu rasakan saat ini ? Jemari-ku menekan tuts pada keyboard komputerku dan menuliskan BETAPA MENYESALNYA AKU SEBAB TELAH MELEPASKAN JILBAB WAKTU ITU…….. Karena, memang hanya itu SATU-SATUNYA perbuatan dimasa lalu yang tak akan habis kusesali seumur hidupku. Astaghfirullah.....aku hampir menangis waktu mengetik jawaban itu.

Ternyata apa yang kutulis sebagai jawaban tidak hanya sebatas itu. Ingatan tentang bagaimana pertama kali aku mengenakan jilbab kemudian kehidupanku selama berbusana muslim….lalu saat aku melepaskan jilbab dan “rasa” hidupku selama tidak berbusana muslim…..benar-benar mengganggu ketenanganku. Kegelisahan itu semakin mengganggu emosi-ku dan mempengaruhi kalimat-kalimatku saat memberi komentar ke teman-teman di facebook. Itupun kemudian menyakitkan hatiku.

Aku memutuskan untuk berhenti dari dunia “maya” merogoh kembali masa laluku, mengembalikan lagi semua kenanganku dan…………Alhamdulillah….semua telah kembali dalam posisinya semula.

Ada beberapa catatan yang bisa kuambil yaitu :
1. Apa yang kita putuskan hari ini akan kita petik buahnya di kemudian hari
2. Hal baik atau buruk yang kita dapatkan hari ini, sebenarnya buah dari perbuatan kita di masa lalu

Aku mendapat pesan dari member YA AK itu yang justru me-refleksi-kan keyakinanku bahwa Allah Azza Wa Jalla dengan segala kebaikannya akan memaafkan apapun kesalahan kita dan tentu dengan segala taubat yang kita lakukan masalah apapun yang kita hadapi saat ini akan tetap dalam petunjuk dan lindungan dari NYA. Karena Allah…Maha Pengampun, Pengasih dan Penyayang……

Catatan ini, hanya untuk share pengalaman....jangan pernah salah dalam membuat sebuah keputusan.....

Untuk siapapun yang punya inisial P di komunitas YA AK terima kasih sudah mengingatkan aku akan hal penting dalam hidupku, semoga Allah Azza Wa Jallah memberikan segala kebaikanNYA untuk kamu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGEJAR.....JABATAN ???

Dadaku mendesir saat submit surat permohonan mengikuti lelang jabatan eselon II. Sungguhkah aku sedang mengejar jabatan ?????? Untuk menjawa...