Senin, 19 Agustus 2013

TEMAN FACEBOOK AKU ITU.....

Aku tidak mengenal dia dengan pasti, namun namanya ada dalam daftar temanku. Entah, bermula darimana koq dia menjadi salah seorang yang bisa melihat profil-ku di facebook. Namanya, Raisa Damayanti beralamat di Kuala Kurun, Kalimantan Tengah. Aku yakin, itu namanya yang asli sebab setiap postingan status darinya selalu mendapat tanggapan dari teman-temannya dengan menyebut Rae...atau mamah-nya Sita. Aku lihat di profil-nya dia punya anak perempuan satu orang sekitar kelas lima es-de dan mungkin nama anaknya Sita. Sedangkan anak lelaki-nya masih Balita. Aku jarang melihat dia berfokot sama suaminya. Namun pada informasi umum tentang dirinya aku ketahui dia sudah menikah dan sepertinya sangat bahagia dengan kehidupan rumah tangganya. Buktinya, pada kata-kata yang dia ungkap di profil, suamiku adalah imam bagi imanku dan bagi diriku.

Aiiiihhhhh aku jadi suka membuka profil Raisa Damayanti. Postingan statusnya sederhana namun penuh makna dan kerap mendapat puluhan acungan jempol dari temannya disertai komentar-komentar yang enak dibaca. Sangat berbeda dengan status-statusku di facebook yang teramat sederhana namun jarang diberi jempol apalagi diberi komentar. Entahlah, aku merasakan sesuatu saja saat melihat nama itu ternyata berteman dengan Mas Hamdy sebulan yang lalu. Kata Mas Hamdy sebenarnya dia sudah lama bahkan lebih dahulu berteman dengan perempuan bernama Raisa itu dibandingkan denganku. Artinya, Raisa menemani Mas Hamdy dan juga menemani aku.

"Sungguh Fit....aku cuma memenuhi permintaan pertemanan darinya....emang kenapa sih ?"

Begitu jawaban Mas Handy waktu kutanya tentang Raisa beberapa waktu yang sudah lama berlalu. Aku waktu itu tidak menjawab sebab aku sendiri tidak tahu, ada apa dengan nama itu. Padahal komunikasi antara suamiku dengan Raisa tidak pernah terjadi. Kalaupun ada, itu pasti di status teman mereka berdua. Bukan di status Mas Hamdy apalagi di status Raisa. Kupikir, gaya bahasa Raisa tidak bisa diikuti oleh Mas Handy makanya dia tidak pernah memberi komentar. Aku saja juga segan mengomentari status-nya yang selalu berbobot. Tetapi entah mengapa, nama itu terus berada dalam ingatanku dan kemudian menjadi perhatianku. Terlebih, aku merasakan perubahan sikap Mas Hamdy terhadapku. Aku merasakan hal itu sejak beberapa bulan ini.

Aku menelusuri obrolan di facebook terakhir antara Raisa dan Mas Hamdy di status teman mereka berdua yang bernama Haikal. Tidak ada yang istimewa kecuali ungkapan-ungkapan nostalgia antara mereka bertiga plus seseorang bernama Tania dan Moldi saat masih SMA di Kuala Kurun. Mas Hamdy memang berasal dari Kuala Kurun dan bertemu denganku saat kami kuliah di Malang. Sebenarnya, dari obrolan itu aku yakin Raisa bukanlah type perempuan yang mendua-kan suaminya. Bukan pula tipikal ibu yang akan menyakiti hati anak-anaknya. Tetapi aku merasa, teman di facebook aku itulah yang mempengaruhi perubahan sikap Mas Hamdy.

Sampai suatu hari aku memutuskan melakukan sesuatu dan aku agak terlonjak senang saat permintaan pertemananku dengan Marni diterima. Aku lihat, Raisa dan Marni intens sekali berdialog di facebook. Sepertinya, Marni adalah sahabat karibnya. Kulihat, mereka mempunyai teman yang sama yakni Moldi. Hanya saja, Marni tidak berteman dengan suamiku, tetapi Moldi berteman dengan suamiku di facebook.

Aku agak ragu menekan keypad laptopku untuk memulai obrolan dengan Marni. Namun desakan rasa jengkel karena pagi tadi Mas Hamdy tidak menjamah sarapan pagi yang kubikinkan, membuat aku tetap menekan "enter" dan mengirimkan sapaan ke Marni.

"Assalamu'alaikum...."
" Wa'alaikum salam, dan salam kenal Fitria......"
" Salam kenal kembali, di Banjarmasin ya ?"
"Bukan.....aku di Kuala Kurun...."
"Oooooh.....dimana itu ?" pertanyaan itu sangat konyol sebab aku tahu persis dimana itu Kuala Kurun. Namun Marni tetap menjawabnya. Pembicaraan itu berlangsung cukup lama sampai akhirnya Marni menuliskan sesuatu sebagai balasan atas pertanyaanku tentang Raisa. Tulis Marni,
" Ooooh Raisa itu....aku juga cemburu koq dengan kebahagiaan rumah tangganya. Beruntung sekali Raisa mendapatkan suami yang baik walau dia telat menikah karena dikhianati orang yang sebenarnya dia harap menjadi suaminya....."
Mataku terbeliak membaca nama yang dituliskan oleh Marni..... Nurhamidy.  Woooowwww.....tidak salah perasaanku. Baiklah.  Aku harus melakukan sesuatu agar rumah tanggaku tidak semakin panas.

Aku lihat Mas Hamdy melotot sambil meletakkan koran yang tadi dibacanya, ke atas meja dengan sekali hentakan. Aku terkejut. Diluar dugaanku, kalimat yang sudah kutata sejak siang tadi berujung pada kemarahan Mas Hamdy. Tuhan.....aku tidak ingin membuatnya marah. Aku hanya bertanya, apakah benar Raisa itu kekasih sebelum bertemu denganku dan sekarang membuat Mas Hamdy bertingkah tidak seperti dulu padaku. Tuhan......apakah pertanyaanku itu salah ? Airmataku mulai mengalir namun itu tidak mengurungkan langkah Mas Hamdy menjauh dariku, kulihat dia menuju kamar. Aku mengejarnya ke kamar. Kulihat Mas Hamdy duduk di tepi tempat tidur. Melihat aku masuk kamar, lelaki yang aku cintai setengah mati itu melengos dan berdiri mau keluar. Tapi tangannya aku rengkuh. Aku cium dan kukatakan,

" Maafkan aku.....maaf kalau pertanyaan itu menyinggung....tetapi aku hanya ingin kepastian bahwa perasaanku terhadapnya salah.....aku hanya ingin kepastian bahwa aku tetap satu-satunya dalam hati Mas...."

Mendengar ucapanku, Mas Hamdy yang semula hendak melepaskan pegangan tanganku tidak jadi melakukannya. Perlahan dia duduk kembali di tepi ranjang.

" Dengar Fit.....aku capek setiap saat kamu tanyakan tentang Raisa. Kalau kamu mau tahu jawabanku, dengarkan baik-baik"

Aku diam menunggu Mas Hamdy menarik nafas dalam-dalam. Aku berusaha siap sekuat-kuatnya apapun yang akan aku dengar nantinya dari bibir Mas Hamdy.

" Betul, dulunya Raisa perempuan yang aku harapkan menjadi pendamping hidupku. Tetapi, aku yang kemudian mengacuhkannya karena ada kamu. Kalau sekarang kamu merasa tersakiti maka begitu pula dengan dia waktu aku sakiti dengan apa yang sudah kita lakukan sehingga kita harus menikah sebelum selesai kuliah. Beda-nya....dia tersakiti namun tidak dapat berbuat apa-apa karena aku bukan apa-apanya sedangkan kamu tersakiti tetapi kamu masih bisa mempertahankan diri karena aku suami kamu....." Mas Hamdy kembali menarik nafas ," Raisa sudah bersuami dengan anak-anak yang begitu dia banggakan. Kalau aku berselingkuh dengannya bahkan kalau kamu mencurigai dia menggoda aku maka itu merupakan kesalahan kedua dari kita untuknya...."

Suamiku menutupkan jarinya ke bibir pertanda dia tidak ingin mendengar bantahanku. Tetapi memang aku tidak punya bagian untuk dibantah walau aku bingung, apa yang menyebabkan Mas Hamdy berubah terhadapku akhir-akhir ini.
" Aku capek dengan kecemburuanmu Fit.....sedangkan kamu tidak pernah mencoba memahami apa yang aku inginkan. Ijinkan aku menjauh sejenak dari kamu agar kamu punya banyak waktu untuk memikirkan yang terjadi diantara kita selama beberapa waktu ini. Percayalah, aku tidak akan menceraikan kamu namun aku tidak akan kembali padamu sebelum kamu menyadari dimana letak kekeliruan kamu selama ini...."

Mas Hamdy berdiri dari tempat duduknya dan kemudian memasukkan satu demi satu pakaian dari lemari ke dalam tas yang rupanya sudah dia siapkan. Aku hanya mampu memandangi sebab benar-benar tidak menyangka bahwa perubahan sikap Mas Hamdy justru karena diriku sendiri. Mas Hamdy menghampiriku, mengecup keningku lalu berujar,
" Aku ada di galeri....datang dan jemputlah aku kalau kamu sudah mengerti dimana letak permasalahan kita Fit.... "

Tuhan, aku kembali sesungukan. Airmataku kembali menetes. Aku tidak menyangka juga begitu santunnya cara lelaki itu memperlakukan aku padahal aku sudah melakukan kesalahan dimatanya. Apa itu ? Apa itu ?
Sudah lebih dua minggu Mas Hamdy berada di galeri-nya. Selama itu juga aku belum berani menemuinya sebab aku belum tahu dimana letak permasalahan diantara kami. Namun, kalau aku telepon sekedar menanyakan kabar, suamiku masih menerima dan mau menjawab. Dari Anggi atau dari Sofia, anakku yang kerap singgah ke galeri, aku tahu, suamiku memang tidak berselingkuh dariku.

Raisa, kembali menjadi pusat perhatianku sebab saran-saran yang dia berikan sungguh menyejukkan hatiku dan mendinginkan pikiranku. Sudah beberapa hari ini aku aktif ngobrol dengan mantan pacar suamiku itu di facebook dan kemudian secara tidak sengaja mendapatkan satu pemikiran tentang kemungkinan hal yang salah yang sudah aku lakukan. Secara tidak langsung, Raisa membukakan pikiranku saat dia mengakhiri obrolan denganku sore itu, katanya

" Maaf Fitria, suamiku sebentar lagi pulang dari kantor dan aku akan menyediakan kopi untuknya, shallat Ashar berjama'ah dengannya kemudian menemaninya minum kopi di teras.....asyik lho bisa bertukar cerita dengan suami dan terkadang kami bisa kehabisan waktu karenanya...."

Belum sempat kujawab, tanda online pada nama Raisa sudah hilang. Padahal Raisa itu, super sibuk karena dia punya butik yang langganannya ibu-ibu pejabat di tempat tinggalnya. Tetapi masih punya waktu untuk suaminya. Aku benar-benar seperti terbangun dari mimpi panjang. Selama ini aku hanya meminta perhatian dari Mas Hamdy atas nama isteri yang mengurus anak. Selama ini, aku lah yang banyak mengumbar kata-kata atas nama perempuan yang capek mengurus rumah tangga.

Bergegas aku matikan laptop, tanpa berganti pakaian dan dengan secepat kilat aku kendarai Mio milik Anggi menuju ke galeri. Mas Hamdy melihatku agak terkejut namun saat aku mendekat, kulihat sinar dimatanya. Sinar kerinduan.....entah berapa lama aku mengabaikan kerinduan dalam hati suamiku itu. Aku raih tangannya, aku cium dan kukatakan,

"Maaf Mas.....terlalu lama aku mengabaikanmu...." Aku menangis sesungukan dan tidak tahu malu sebab aku yakin aku menggerung-gerung karenanya. Mas Hamdy memeluk tubuhku, mengecup keningku dan menyandarkan kepalaku di dadanya.....aku dengar detak jantungnya..... Tuhan.....ternyata dia hanya mencintaiku.

Sabtu, 10 Agustus 2013

AKU BUKANLAH SEORANG YANG SEMPURNA

Aku bukanlah orang yang sempurna. Banyak sekali kekurangan yang ada pada diriku sehingga wajar sekali kalau aku harus banyak belajar tentang berbagai hal. Yang aku rasakan kurang dari diriku adalah perbedaan pandangan dalam hidup. Ini disebabkan aku lebih banyak belajar tentang pengetahuan agama sehingga sendi-sendi hidupku Insya Allah tidak terlepas dari aturan tersebut.

Adalah seorang wanita di tempat kerjaku yang saat aku berkenalan dengannya, masih berstatus isteri dari seorang laki-laki. Aku tidak akrab dengannya namun tampak akrab karena dia suka mencariku untuk minta diajari satu aplikasi yang ada di komputer. Selama kami dekat, aku mengetahui dia ternyata selingkuh dari suaminya dengan alasan yang sangat klasik bagaikan telenovela. Dia tidak mencintai suami dan menikah karena terpaksa. Ternyata alasan itu bukan hanya dikatakan padaku melainkan pada semua orang. Dan selingkuhannya adalah suami seseorang yang mantan pacarnya ketika SMA.

Aku cuma agak heran, tidak cinta sama suami tetapi memiliki tiga orang anak dari lelaki yang tidak dicintainya itu. Kasihan jiwa anak-anak yang lahir bukan karena cinta itu. Aku sempat menasehatinya agar berhenti selingkuh dan kembali pada suaminya sebab kasihan, tiga orang anak perempuannya mendapat pendidikan yang tidak layak dari selingkuhannya itu. Aku hanya memandang dari sudut pandang agamaku saja saat memberi nasehat padanya. Di luar dugaanku, sejak aku beri nasehat itu dia menjauh dari aku.

Nasehat orangtua dulu "ojo cedhak kebo gupak" sebab kita akan kecipratan lumpurnya. Maka sejujurnya, aku bersyukur dengan menjauhnya dia dariku maka aku terbebas dari kerbau yang sedang berkubang dengan lumpur. Akan tetapi diluar perhitunganku, dia justru berbalik menceritakan hal negatif tentang aku yang sebenarnya tidak pernah aku lakukan bahkan yang bukan diriku sebenarnya.

Aku tidak dapat menyebutkan satu persatu dari perbuatannya yang merugikan diriku sebab terlalu banyak. Itulah yang menyebabkan aku tidak ingin dekat dan menyapanya walau kemudian dengan itu aku diberi cap orang yang tidak ramah. Cap itu, dia tempelkan ke namaku dan disodorkan kepada siapapun yang tidak mengenalku. Berulang kali aku dipanggil atasan baru hanya untuk dinasehati agar lebih ramah kepada orang lain. Lucu saja, dari sekian puluh pegawai yang ada di kantorku, aku hanya tidak menyapa dia seorang tetapi atasanku lebih percaya pada statemen-nya bahwa aku tidak ramah kepada siapapun.

Seandainya saja kantor tempatku bekerja itu mengadakan survey di kalangan staf atau level honorer mengenai siapa orang yang paling tidak menyenangkan, aku yakin ada tiga nama yang muncul selain namaku. Tetapi sayangnya, yang dimintai pendapat hanya kalangan pejabat tertentu saja termasuk dirinya jadi sangat wajar kalau dihadapan atasan tetap namaku yang mendapat urutan nomor satu.

Aku bukanlah orang yang sempurna. Kekuranganku sangat banyak. Salah satunya adalah aku tidak pernah mau mengkonfirmasi kebenaran dari cerita negatif tentang aku sebab bagiku itu sama saja menggantang asap sedangkan baranya tidak jelas kapan menyala. Walau begitu, aku punya keyakinan......Allah Azza Wa Jalla tidak akan pernah tidur dan selalu melihat apa yang kita lakukan. Termasuk yang dilakukan orang yang pernah aku kenal itu. Saat ini, segala hal yang disangkanya baik masih berpihak kepadanya walau dia melakukan dengan cara yang tidak benar dari sudut pandang agamaku. Namun suatu saat, Allah Subhannahu Wa Ta'ala akan membukakan tabir kebenaran. Kalau tidak saat masih hidup di dunia, tentunya ketika naza' menjelang akhir kehidupan. Kapanpun itu terjadi, aku yakin dia akan tahu bahwa aku memiliki maaf yang berlapis-lapis untuknya dan tidak akan habis walau dia terlalu sering melukai bathinku.

Banjarmasin, 11 Agustus 2013.

MENGEJAR.....JABATAN ???

Dadaku mendesir saat submit surat permohonan mengikuti lelang jabatan eselon II. Sungguhkah aku sedang mengejar jabatan ?????? Untuk menjawa...