Senin, 23 Mei 2022

MENGEJAR.....JABATAN ???

Dadaku mendesir saat submit surat permohonan mengikuti lelang jabatan eselon II. Sungguhkah aku sedang mengejar jabatan ??????

Untuk menjawab ini, ingatanku kembali ke tahun 2017, 2018 dan 2019. Pas banget, karena pertanyaan pada formulir mengharuskan aku mengingat masa-masa tersbut.

Tahun 2017

Aku masih berada di eselon IV ketika setiap saat dipanggil oleh pimpinan kantor (bukan pimpinan bidang) untuk menemui di ruangannya. Apa yang aku lakukan di ruangan itu ? Penjelasanku berikut dapat aku pertanggung jawabkan dihadapan Allah Azza wa Jalla.

Aku duduk sofa dan beliau mendekati dengan membawa kertas-kertas kemudian menanyakan ke aku, surat-surat masuk ini harus di disposisi ke bidang mana saja ? Setelah membacanya, aku mengatakan sesuai dengan nomor asala surat, perihal surat dan penandatangan surat. Maka bagian itulah yang kemudian ditulis oleh beliau di lembar disposisi. Okelah, selesai tugas setiap surat masuk datang dan aku ke ruangan beliau. 

Ada kalanya, kertas-kertas yang beliau bawa berisi konsep surat dari bidang-bidang lain dengan permintaan agar aku mengoreksi isi surat karena menurut beliau banyak yang tdaik benar. Maka, jadilah aku yang hanya eselon IV memberikan koreksi terhadap surat-surat seluruh bidang yang akan dikirimkan ke luar kantor baik kabupaten/kota maupun pusat.

Saat ini aku mengatakan bahwa waktu itu aku sangat bodoh. Bodoh sekali  ketika mengiyakan saat pimpinan kantorku mengatakan "tolong jangan diceritaa ke siapapun bahwa ini bu Uniek yang menyarankan disposisi dan memperbaiki konsep mereka...... Saya akan katakan bahwa ini saya yang mengoreksi".

Kebodohanku disebabkan, aku tidak ingin menimbulkan masalah, untuk beliau selaku pimpinan dan untukku sendiri karena masih eselon IV dihadapan mereka yang menduduk jabatan eselon III.  Hanya itu alasan keboodohanku. Tanpa aku sadari bahwa ternyata itu benar-benar bodoh setelah aku mengalami hal berikutnya.

Tahun 2018

Jadilah aku dipromosi ke eselon III dengan jabatan sebagai sekretaris. Keakuranku dengan pimpinan hanya bertahan sampai dengan bulan Juni 2018 karena sesudahnya aku mendapatkan hal yang sangat tidak manusiawi baik secara verbal, tertuis melalui Whats App (pribadi dan grup) maupun perlakuan secara fisik.

  1. Aku dikatakan pernah bahkan sering marah-marah kepada pimpinan kantor. Enak sekali orang itu mengucapkan demikian, tanpa dia sadari bahwa aku ini ibu dari 2 anak dan anak dari seorang ibu. Aku  punya tugas untuk membuktikan bahwa hasil didikan orangtuaku tidak salah sehingga aku selalu hati-hati dan sangat menjaga sikap dan perkataanku. Bukan hanya kepada pimpinan melainkan kepada semua orang bahkan kepada staf yang sering berulah dan menyebabkan sebagai atasannya akan melibatkan aku. Aku punya tanggung jawab untuk mendidik anak-anakku sehingga tidak mungkin aku mengedepankan sifat dan sikap yang tidak sesuai dengan ajaranku kepada anak-anakku itu. Saat hal itu aku sampaikan ke anak-anakku, mereka berujar "kalau ibu pemarah dan bisa memarahi orang tanpa pilih-pilih, pasti kami ini yang akan stress terlebih dahulu karena setiap saat dekat dengan ibu" Ucapan anakku ini menghibur sekali dan merupakan kekuatan bagiku.
  2. Saat ucapan tentang aku yang pemarah itu aku bantah, dengan mudah pimpinanku itu mengatakan bahwa "Bu Uniek ini sakit jiwa karena baru saja berbuat bisa langsung melupakan perbuatannya".... Dan aku tercengang mendengar kata-kata itu. Cerita di blogspot dengan judul Kejadian Semalam di alamat  https://un-niek-niek.blogspot.com/2018/12/kejadian-semalam.html  merupakan kejadian sesungguhnya yang aku alami di lobby hotel Best Western usai melaksanakan assessment untuk memilih eselon III dan IV yang kosong. Sesungguhnya ini sangat keterlaluan. Aku berharap, yang dari kepegawaian pusat bisa mentralisir atas keberatanku.Namun sebaliknya justru mengatakan bahwa pimpinan kantorku adalah sahabat karibnya yang tidak rela diperlakukan seperti itu oleh aku. Aku bingung, apa yang sudah kulakukan terhadapnya ? Akhirnya, aku hanya pasrah kepada yang Maha Hidup saja.
  3. Pimpinanku pernah berujar padaku saat menjemput tamu di VIP Room Bandara, "Saya akan tarik semua kewenangan Bu Uniek" hanya karena staf di Sekretariat menyajikan  nasi bungkus ketika ada rapat, padahal waktu rapat itu berlangsung aku sedang ada kegiatan di Malang sedangkan staf di sekretariat tidak ada yang menceritakan kesepakatan mereka tentang konsumsi kepadaku. Dan apa yang dikatakan itu, benar-benar menjadi kenyataakn. Segala sesuatu yang berkaitan dengan dinas kalau sumbernya dari aku maka tidak akan digubris. Pimpinanku lebih sering memanggil bawahanku. Aku dikebiri !!!!
Beberapa orang menyarankan agar aku menemui beliau dan meluruskan persoalan. Tetapi kalau pintunya selalu menolak aku untuk menghadap, bagaimana aku bisa meluruskan ? Selain itu, dari hai ke hari ada saja kesalahan yang ditujukan kepadaku padahal itu bukanlah kesalahanku. Yang benar-benar membuat aku tidak mau lagi berniat menemui adalah setelah mendengar sebutan bahwa "Bu Uniek ini sakit jiwa".

Dikebiri ??? Ya Betul sekali.......tahun 2019 itu aku dikebiri bahkan ketika peringatan Harganas tahun 2019 namaku tidak ada dalam kepanitian. Akan tetapi lucunya kemudian aku diberi tanggung jawab untuk mengelola konsumsi dan marchendise. Satu tugas yang sangat beresiko tinggi karena berkaitan dengan barang, orang lain dalam jumlah besar dari dalam dan luar provinsi serta kepuasan orang lain. Tugas itu berjalan lancar, alhamdulillah....tidak ada pihak yang komplain....alhamdulillah marchendise terbagi adil ke semua peserta yang ahdir, alhamdulillah dokumennya masih aku simpan. Dan lebih konyolnya lagi, pimpinanku tidak tahu bahwa segala hal yang berkaitan dengan Harganas itu konsepnya justru dari orang yang dikebiri. Silahkan baca https://uniek-m-sari.blogspot.com/2019/07/dibalik-harganas-xxvi-tahun-2019.html

Tahun 2019

Aku akhirnya dipindah menjadi Kepala Bidang dan dilepas dari jabatan Sekretaris. Surat Keputusannya ada, aku terima setelah 3 minggu aku dilantik pindah dari Sekretariat ke Bidang. Saat aku memperbandingkan antara SK pengangkatanku sebagai seketaris dengan SK pengangkatan sebagai Kepala Bidang aku melihat ada yang jaggal yaitu
  1. Tidak ada 2 paraf pada nama pimpinan pusat yang menandatangani SK tersebut. Dari sisi administrasi perkantoran, jelas SK tersebut tidak ada yang bertanggung jawab sampai dengan di tanda tangani oleh pimpinan pusat.
  2. Tanda tangan pimpinan pusat yang sangat berbeda padahal orangnya sama hanya selisih 11 bulan saja namun tanda tangannya berbeda sekali.
Aku tidak ingin menampilkan screen shoot dari 2 hasil perbandinganku di atas, namun kalau diminta buktinya maka bisa aku buktikan sebab kedua SK tersebut aku simpan secara digital di aplikasi kepegawaianku.
Dari hal-hal tersebut maka dapat aku simpulkan bahwa kepindahanku dari sekretaris menjadi kepala bidang adalah kepindahan yang dipaksakan harus terjadi.
Apakah dengan mengetahui perbedaan tersebut aku melakukan tindakan hukum ? Tidak, aku terima saja, bukan karena takut melainkan Aku Kasihan karena pimpinan kantorku akan pensiuan dan apabila SK itu aku proses ke jalur hukum maka dia akan pensiun dengan menyandang status tertentu dalam proses hukum tersebut. Aku masih teposeliro dengan usianya. Kasihan, orang sudah mau pensiun berurusan dengan hukum.  Disamping itu, kalau aku proses ke jalur hukum maka institusiku yang akan diobrak abrik.
Kenapa saat ini aku ceritakan ? Karena aku gemetar saat submit surat permohon ikut lelang jabatan beberapa waktu yang lalu.

Sungguhkah aku mengejar jabatan ?
Jawabanku, TIDAK.

KOMPETEN ITU APA ?

Dengan banyak label yang disematkan oleh pimpinan kantorku, sampai dengan predikat "sakit jiwa" sebenarnya aku ingin membuktikan bahwa BUKAN AKU YANG SAKIT JIWA, BUKAN AKU YANG SUKA MARAH-MARAH SAMA ATASAN, BUKAN AKU YANG TIDAK BISA MELAKSANAKAN TUGAS SEBAGAI MANABER.

Aku ikut lelang jabatan. Kukerjakan tahap demi tahap semaksimal yang aku mampu. Dari segi pangkat dan masa kerja kepangkatan mungkin aku yang paling muda diantara kandidat lain. Dari segi kesarjanaan mungkin aku bukan level setingkat doktor dan sarjana strata 3. Tetapi sebagai pegawai negeri sipil, kompetensi bekerjaku yang dinilai. Dari 6 kandidat, alhamdulillah aku berada di posisi pertama. Yang melegakan lagi bahwa assessor-nya bukan dari internal kantorku melainkan dari Menpan-RB dan dari BKN Pusat. Berarti, mereka secara independen menilai aku memiliki kompetensi manajerial yang bagus dibanding kandidat lainnya. Bahkan ketika diminta untuk mengirimkan surat keteragan sehat jiwa, aku dinyatakan sehat oleh dokter jiwa dari Rumah Sakit Idaman.

Posisi terbaik saat assessment yang menunjukkan kompetensiku baik-baik saja dan surat pernyataan bahwa aku tidak sakit jiwa, merupakan hal paling sangat memuaskan buat aku.

Kalau ada yang berfikiran bahwa aku mengejar jabatan, itu SALAH BESAR. Aku hanya perlu sampai pada pembuktian kompetensiku dan kesehatan jiwaku. Semoga apa yang sudah dilakukan pimpinanku dulu, termaafkan oleh orangtua-orangtuaku dari ibu-bapakku, nekek/kakekku, buyut-buyutku yang mendidik aku menjadi manusia yang memiliki etika, moral dan akhlaq...... Sayangnya, sebagian besar dari mereka sudah tiada dan aku tidak tahu apakah pernah tersirat dalam pikiran mantan pimpinanku itu untuk meminta maaf. Semoga damai dalam hatinya di masa pensiuan yang aman karena aku tidak memproses hukum atas SK yang aku terima.

Sekarang baru terpikirkan olehku, dengan tidak berada sebagai Sekretaris maka saat pimpinan pensiua, bukan aku yang menjadi Plt dan bukan aku yang mendapat kesempatan untuk ikut lelang jabatan pimpinan di Kalsel. Sekali lagi, karena aku bukanlah pengejar jabatan maka aku juga tidak berminat untuk komplain-komplain mengenai hal tersebut.

Dan inilah jawabanku bila disuruh ikut lelang jabatan lagi : MOHON MAAF, AKU TIDAK MENGEJAR JABATAN JADI CUKUP SEKALI AKU IKUT LELANG UNTUK MEMBUKTIKAN KOMPETENSI-KU DAN KESEHATAN JIWAKU
Silahkan saja kalian yang berjudi dengan masa depan kalian. Masa depanku sudah tertulis di lauh mahfudz......seperti yang aku terima saat ini.

Salam.

MENGEJAR.....JABATAN ???

Dadaku mendesir saat submit surat permohonan mengikuti lelang jabatan eselon II. Sungguhkah aku sedang mengejar jabatan ?????? Untuk menjawa...