Senin, 19 November 2018

ANAK TIRI, ANAK YANG TERBUANG

Kesadaran itu terlambat ?

Mungkin, aku seorang yang tidak diharapkan berada di lingkungan yang ada sekarang ini. Bayangkan, sejak ditetapkan beberapa waktu lalu, posisiku tidak dihargai sebagaimana layaknya seorang midle manager. My top manager always requests or command to the lower managers, or staff in my division. Hal ini dimulai sejak aku ditetapkan menjadi sekretaris. Semula aku berpikir bahwa hal itu dikarenakan pimpinanku sudah terbiasa tidak ada sekretaris di bidang kesekretariatan selama hampir 2 tahun sehingga beliau sulit merubah kebiasaan tersebut.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun, bukan hanya perilaku itu yang aku dapatkan. Melainkan juga banyak porposal-proposal kegiatan yang aku usulkan tidak pernah mendapat persetujuan. Sangat berbeda dengan usulan-usulan midle manager lain di tempatku bekerja, mereka selalu di respon bahkan pimpinanku akan dengan suka rela mencarikan banyak hal untuk merealisasikan kegiatan mereka. Misalkan, sponsor atau materi atau narasumber bahkan menyediakan waktu untuk persiapan itu semua. Aku memang dilibatkan namun tidak lebih dari seorang yang menerima tamu dan membukakan ruang very important room di bandar udara, bila kegiatan-kegiatan midle manager lain sedang berlangsung. Dalam hal ini, aku masih berpikir positif bahwa kegiatan-kegiatan bidang lain memang lebih penting daripada kegiatan-kegiatanku.

Suatu hari aku membaca sebuah pesan singkat di handphone dari aplikasi whats app. Sebuah pesan yang meminta agar aku segera mengirimkan laporan kegiatan pengawasan yang berkaitan dengan penyelenggaraan internal di kantorku. Aku tahu, permintaan itu sangat penting karena kami baru saja diberitahu bahwa laporan pengawasan tersebut sangat berkaitan dengan akuntabilitas kantor kami di pusat. Dan posisi tersebut berpengaruh terhadap tunjangan kinerja dari Aceh sampai dengan Papua. Maka dengan serta merta aku bikin laporan tersebut dan aku ajukan ke hadapan pimpinanku.

" Pak Fadil, maksudnya apa ini ?" tanyanya dengan mata memandang selidik ke arahku. Aku memperbaiki posisi dudukku terlebih dahulu, agak mendekat.

" Begini Pak, kantor pusat meminta kita membuat laporan pengawasan di internal kantor kita untuk kemudian di rekapitulasi sebagai laporan di tingkat pusat" jawabku pelan.

"Pak Fadil, apakah ada surat permintaan mengenai ini ?" tanya beliau selanjutnya.

"Tidak ada, Pak....akan tetapi hal ini sudah merupakan perintah berdasar peraturan kepala di kantor pusat Pak bahwa kita wajib lapor per triwulan"

"Siapa yang meminta laporan ini ?"

Aku menyebutkan nama seorang pejabat posisi midle manager di  kantor pusat. Pimpinanku menggeser map tersebut ke arahku seraya berkata,

"Pak Fadil, tanpa surat dari pimpinan pusat, saya tidak akan memandatangani yang Pak Fadil ajukan. Kalau hanya dia, buat apa saya patuhi perintah dia yang tidak jelas itu ?"

"Tetapi ini ada di peraturan kepala, Pak....maaf..."
"Saya tetap tidak akan menandatangani ini Pak Fadil, sampai ada surat resminya"

Akhirnya aku keluar dari ruangan beliau, namun map tersebut tidak boleh aku bawa keluar. Jadi, aku tinggalkan map yang berisi laporan tersebut di meja, dihadapan beliau.

Kejadian itu sudah berbulan yang lalu. Aku kembali tersadar bahwa ada yang tidak benar dalam perjalananku duduk di posisiku yang sekarang ini.

Kesadaranku sudah sangat terlambat, karena pimpinanku sudah berbuat semena-mena terhadapku. Bukan hanya dia lebih sering memanggil bawahanku untuk mengerjakan tugas-tugas kesekretariatan melainkan juga lebih sering menggunakan yang selevel dengan aku untuk memutuskan perkara-perkara kesekretariatan. Bahkan, aku sendiri sering dipojokkan dengan mengatakan kekurangan-kekuranganku, mengatakan sifat-sifatku menurut pemikirannya sendiri.

Aku merasa dipojokkan namun aku terlambat menyadari bahwa aku sebenarnya tidak diharapkan berada di posisi yang sekarang ini.

Ambil Alih

Aku ingat saat lolos dalam uji kompetensi dan mendengar kabar akan diusulkan pada posisi midle manager. Hmmmmmmmm saat itu yang santer aku dengar bahwa aku akan ditempat di Bidang Resourching. Ada beberapa staf di bidang itu yang sudah datang dan menemui aku dengan beberapa harapan-harapan yang mereka sampaikan. Bagi aku, dimana pun aku akan ditempatkan, aku akan membuktikan bahwa hasil kompetensi atas uji yang dilakukan oleh perusahaan bonafide itu tidak salah.

Aku juga tidak berhayal kalau di tempatkan disini akan begini.....kalau ditempatkan di sana akan bagaimana. Aku malah fokus pada pekerjaan yang sudah empat tahun aku geluti dan timbul rasa khawatir apa yang sudah aku bangun akan hancur berantakan setelah aku tinggalkan. Aku membangunnya dengan susah payah. Kadang gamang juga dengan perubahan yang terjadi setelah uji kompetensi itu membuahkan hasil untukku.

Kalau kemudian aku ditetapkan sebagai sekretaris, itu sebenarnya sesuatu yang membingungkan buat aku. Seumur-umur tidak terbayang akan berada di level yang paling berkelas di lingkungan kantorku. Meskipun demikian, aku menganggap ini sebagai sebuah tantangan yang harus aku taklukkan. Banyak hal yang harus aku pelajari dan harus segera aku pahami. Selanjutnya, aku harus bekerja sebaik yang aku punya agar hasil uji kompetensi yang aku punya tidak dianggap angin lalu oleh siapapun. Namun, itulah......sejak awal aku di posisi ini, aku punya banyak catatan yang aku simpan sebagai kenangan.

Cerita tentang anggur lima biji.
Cerita tentang paraf pada perubahan yang ternyata tidak sesuai.
Cerita tentang ucapan terima kasih yang katanya bukan kewenanganku.
Cerita tentang jamuan kelas warteg di Jakarta.
Cerita tentang 11 kesalahan yang kesalahan utamanya bukan padaku namun ditimpakan ke statusku.
Cerita tentang surat-surat yang kesalahan utamanya pun bukan padaku.
Cerita bahwa aku orangnya kasar.....
Cerita bahwa aku tidak bisa memimpin ?
Cerita bahwa aku tidak memberi kewenangan pada anak buah ?
Cerita tentang nasi bungkus......
Cerita bahwa aku maunya unggul sendiri

Byaaaaaaarrrrrr !!!
Lamunanku membuyar ketika sebuah suara mengejutkanku. Aha.....itu suara M-1 yang sekarang mengambil alih semua informasi tentang kesekretariatan dan berhubungan langsung dengan staf-staf yang sebenarnya bawahanku. Dia sedang berbincang dengan M-2 yang sekarang ditugaskan mengerjakan pekerjaanku. Rupanya, mereka memperbincangkan rencana kunjungan ke sebuah daerah.

Aku jadi ingat, pimpinanku pernah mengatakan begini

"Saya akan ambil semua kewenangan Pak Fadil dan Pak Fadil tidak perlu mengerjakan apapun juga setelah ini"

Apakah, apa yang aku alami ini merupakan sebuah tindakan dari apa yang beliau katakan ?Huwallaahu a'lam bis shawab

Flashback

Membayangkan M-1 dan M-2 berbincang, aku ingat beberapa hari setelah penetapanku sebagai sekretaris, sempat ada berita heboh bahwa M-2 sudah pamit dari jajaran bidang di tempatnya bertugas. Alasan pamit dan undur diri tersebut karena akan ditetapkan sebagai sekretaris.

Ingatan di masa beberapa waktu lalu yang tiba-tiba saja mengejutkan aku itu, sepertinya membuka tabir yang selama ini tertutup karena aku melupakan satu hal. Saat sesudah penetapan aku sebagai sekretaris itu, pimpinanku berkata begini,

"Pak Fadil, posisi bapak sekarang ini atas ketetapan dari dewan direksi di pusat. Utamanya Pak Arif dan Pak Roni......jadi baik-baiklah Pak Fadil bekerja"

Kata-kata itu begitu jelas kembali terngiang di telingaku. Kuambill selembar kertas yang terpasang di printerku. Aku mencoba membuat simulasi di atas kertas, rancangan penetapan manager.

1. M-2 ditempatkan sebagai sekretaris
2. M-3 akan pindah ke posisi M-2
3. M-1 menempati posisi M-3
4. Aku menempati di posisi M-1.
Tapi ternyata, tidak ada yang berubah.....justru aku berada di posisi sekarang ini yang seharusnya dimiliki oleh M-2 karena......DIA SUDAH PAMIT  !!!!!!

Ahaaaaa......terjawab sudah proses perubahan statusku di kantor ini. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Keringat dingin mengalir di sekujur tubuhku. Ya....ya....aku mulai paham sekarang......
Aku ini anak tiri yang disayang bila orangtuanya ada yakni para dewan direksi kantor pusat yang datang kemari.
Aku ini anak yang terbuang, karena tidak diperlukan dalam hal apapun juga.

Seiring dengan jawaban yang kudapat itu, tanganku kemudian mencoret di atas selembar kertas dan berharap bisa menenangkan pikiranku.

Pimpinanku yang terhormat,
Kalau sekiranya, aku bukanlah seorang pilihan buatmu untuk berada di posisi ini, janganlah terlalu keras menghina aku dan jangan pula terlalu banyak melecehkanku.
Kalau sekiranya, aku bukanlah seorang pilihan buatmu untuk berada di posisi ini, lepaskan saja dan usulkan saja dengan cara yang jantan. Katakan dengan alasan yang bisa diterima pada dewan direksi...... yang tidak harus memojokkan aku. Karena hasil uji kompetensiku menunjukkan aku bukan type orang seperti yang kamu gambarkan. Sebutkan satu nama saja orang yang pernah aku marahi dengan kasar. Hadapkan orang itu kepadaku...... Atau tanya satu persatu anak buahku, apakah mereka tidak pernah mendapatkan bimbinganku ? Apakah mereka tidak kuberi kewenangan agar bisa bertambah kemampuannya ? Tanyakan saja pada mereka, apakah mereka kecewa memiliki atasan seperti aku ?
Pimpinanku yang terhormat,
Apakah bapak pikir, aku seperti pengemis yang meminta-minta kedudukan, pangkat dan jabatan ? Tidak.....orangtuaku mengajari aku untuk berjuang dan berusaha dengan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya untuk mendapat kedudukan. Isteri dan anakku perlu penghasilan yang halal untuk mereka makan makanya aku bekerja sebaik dan semampu yang aku bisa.
Jangan terlalu bersemangat untuk menjatuhkan aku dari berbagai sisi.....sekuat upayamu menjatuhkan aku, sekuat itu pula aku akan berpegang pada Rabb-ku.....yang menciptakan aku dan menghiasi aku dengan semua sifat baikNYA agar aku tidak gagal menjadi manusia. Aku hanya ingin mengingatkanmu......sering-seringlah basuh wajahmu dengan air wudlu agar air mukamu enak dilihat. Sering-seringlah bilas lidahmu dengan dzikir dan istighfar, agar tidak ada kata-kata yang melukai hati siapapun keluar dari bibirmu. Sering-seringlah mengangkat takbir dan mengatakan "Allahu Akbar" agar engkau sadar bahwa jabatanmu sebagai pemimpin adalah atas kehendak Allah dan bila Allah Ta'ala mengambilnya darimu......apa yang bisa kamu lakukan ?
Pimpinanku yang terhormat,
Airmataku mengalir, bukan karena sedih atas perbuatanmu padaku namun aku sedih membayangkan kamu yang tidak sempat lagi meminta maaf atas perbuatanmu, pada kami. Ya..... pada kami......aku.....isteriku..... anak-anakku..... orangtua yang membesarkanku.......mertua yang mengasihiku.....saudara-saudaraku.......
Salam, Fadil

Aku tinggalkan tulisan itu. 
Aku tinggalkan meja itu
Aku tinggalkan kursi itu
Aku tinggalkan ruangan itu
Aku tinggalkan kehidupanku
Aku tinggalkan duniaku
Aku tinggalkan jasadku
Aku tinggalkan........... dengan sekali tarikan nafas terakhirku
Semoga Tuhan.....mengampuni dosa-dosaku
Karena memendam semuanya seorang diri
Dan mengakhirinya
Seorang diri juga
Aku sudahi statusku sebagai anak tiri
Anak yang terbuang
Di kantor ini


Banjarmasin, 16 Nopember 2018
Ditulis sebagai pelipur lara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGEJAR.....JABATAN ???

Dadaku mendesir saat submit surat permohonan mengikuti lelang jabatan eselon II. Sungguhkah aku sedang mengejar jabatan ?????? Untuk menjawa...